Rawon dan Brongkos di Kedai Dalem Sopingen Kota Gede yang Selalu Bikin Kangen
Tahu nggak? Apa yang membuat rawon brongkos di Kedai Dalem Sopingen di Kota Gede ini selalu bikin kangen? Inilah jawabannya.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Yudha Kristiawan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Beberapa waktu lalu, redaksi Culinary Guide (CG) Tribun Jogja menelusuri jejak penganan Kipo, jajan pasar klangenan khas Kotagede yang terbuat dari tepung ketan, gula jawa dan kelapa muda.
Kini, masih di seputaran sentra industri perak ini, giliran redaksi CG singgah di sebuah joglo, yang disulap menjadi sebuah tempat makan mirip resto bernama Warung Jawi.
Pecinta kuliner di wilayah Kotagede lebih mengenal tempat makan ini dengan sebutan Dalem Sopingen.
Ya, mendapat kabar menu utama di warung ini bisa membuat kangen lidah kita, redaksi CG pun menjajal dan membuktikannya.
Sajian brongkos di Kedai Dalem Sopingen di Kota Gede.
Berada di jantung wilayah Kotagede, Dalem Sopingen memang sedari awal sudah membuat penasaran pecinta kuliner.
Membayangkan makan di sebuah joglo dengan atmosfer tempo dulu yang kuat sudah bisa memikat pecinta kuliner datang ke warung ini.
Benar saja, belum mencicipi menu utama berupa brongkos dan rawon yang konon ciamik, pengunjung sudah disuguhi pemandangan Yogyakarta tempo dulu.
Menuju Dalem Sopingen dari Jalan Mondorakan, tepatnya di sebelah barat Pasar Kotagede, melalui sebuah gang yang pas untuk lewat satu mobil, kita bisa menikmati bangunan rumah perak zaman dulu yang masih terawat dengan baik.
Menjelang senja tiba, adalah saat yang pas menikmati suasana di warung ini.
"Monggo Pinarak" begitu sapaan bersahabat yang menyambut kedatangan redaksi CG. Adalah Dilah Ristu Adi Harjanto arsitek kuliner dibalik Dalem Sopingen.
Pria berkumis yang akrab disapa Jentot ini langsung mempersilahkan redaksi CG duduk lesehan di salah satu sudut joglo.
Ya, adem, begitu kata yang pas menggambarkan suasana waktu itu. Jentot tanpa basa-basi langsung memesankan dua menu andalan warung ini, Rawon dan Brongkos.
Sembari menunggu menu datang, dalam obrolan santai sore itu Jentot berbagai cerita perihal sejarah joglo dengan empat penyangga ini hingga difungsikan sebagai warung.