Rumah Bubungan Tinggi, Khas Banjar, Kalsel, Masih Kokoh Sejak Dibangun Tahun 1868
Rumah tersebut masih dimiliki ahli warisnya, namun tak dihuni lagi sejak lama sehingga rumah itu kosong dan dikunci terus.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNNEWS.COM, KANDANGAN - Rumah Bubungan Tinggi merupakan satu di antara 11 tipe rumah adat suku Banjar di Kalimantan Selatan.
Di masa lalu, rumah ini berjumlah tak sedikit dan tersebar di banyak daerah di provinsi ini.
Namun sekarang keberadaannya sudah sangat langka.
Rumah adat Banjar.
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, rumah ini masih ada kokoh berdiri di Jalan Habirau, Desa Habirau, Kecamatan Daha Selatan.
Rumah tersebut masih dimiliki ahli warisnya, namun tak dihuni lagi sejak lama sehingga rumah itu kosong dan dikunci terus.
Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan pun menjadikan rumah ini sebagai cagar budaya dan berencana hendak membelinya dalam waktu dekat ini untuk kemudian dipelihara dijadikan destinasi wisata.
Kendati tanpa penghuni, rumah itu masih tampak terawat.
Ukiran-ukirannya masih tampak bagus dan klasik.
Ukiran tersebut tampak berada di sekeliling pintu, di beberapa bagian dinding luar dekat teras, di tangga dan atap.
Rumah tersebut sepenuhnya masih berbahan ulin di bagian badan rumah seperti dinding dan lantai.
Rumah adat Banjar. (Banjarmasin Post/Yayu)
Warna kayu ulinnya tampak hitam tua menandakan usia rumah dan kayu tersebut sudah sangat tua juga.
Menurut cerita ahli warisnya yang bernama H Said Mursid, rumah ini dibangun pada 1868 oleh kakeknya yang bernama Haji Matarif bin Buasan untuk tempat tinggal keluarganya secara turun temurun.
Namun beberapa tahun kemudian setelah kakeknya meninggal dunia pada 1942, rumah tersebut tidak terurus lagi karena keturunannya sudah memiliki rumah masing-masing yang lebih modern.
Menurut staf Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Siswanto, rumah ini bertipe panggung yang memiliki atap bubungan yang bentuknya menjulung tinggi dengan kemiringan 600 derajat.
“Rumah ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan, dengan ruangan yang juga terdapat pada sisi kanan dan kiri bangunan. Fondasinya berbahan kayu galam dan kapur naga,” paparnya.
Sayangnya, rumah ini tak bisa dimasuki karena tak berpenghuni dan pintunya dikunci.
Rumah itu memiliki halaman yang tak terlalu luas namun cukup terawat.
Belum lama ini, kru BPost mengunjungi rumah tersebut.
Dituturkan oleh seorang karyawan BPost yang turut serta dalam rombongan, yakni Fahruadi Handiana, akses ke lokasi tersebut cukup jauh dari Kota Kandangan sebagai ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
“Jaraknya sekitar 30 kilometer, jalannya kecil namun mulus beraspal. Saya ke sana pagi dan suasana jalan masih lengang sehingga 30 menit sudah sampai,” jelasnya.
Walau jalannya mulus, tetap ada saja aksesnya yang tak bisa dilalui.
Tak jauh dari rumah itu ada jembatan rusak, sehingga dia harus memutar lewat jalan lain.
Jika tak hendak menggunakan kendaraan pribadi kemari, bisa juga memakai kendaraan umum seperti ojek dan becak motor atau bentor.
“Untuk ojek dari Kandangan tarifnya Rp 60.000 pulang pergi. Begitu juga dengan bentor,” tambah Siswanto.