Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serunya Hari Nusantara di Aceh, Melihat Atraksi Perahu Naga Membelah Sungai Krueng

Konon festival perahu naga berasal budaya Tionghoa. Sebuah atraksi air tradisional yang telah mendunia.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Serunya Hari Nusantara di Aceh, Melihat Atraksi Perahu Naga Membelah Sungai Krueng
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Festival perahu naga di Aceh. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Perahu naga (dragon boat) merupakan atraksi air yang menggunakan perahu tradisional.

Naga merupakan simbol dari penghuni air.

Sehingga nama hewan serupa ular raksasa tersebut disematkan untuk menggambarkan ketangguhan.

festival naga

Konon festival perahu naga berasal budaya Tionghoa.

Sebuah atraksi air tradisional yang telah mendunia.

Berita Rekomendasi

Festival perahu naga

Dari Ibukota Provinsi, Banda Aceh belasan perahu naga membelah Daerah Alisan Sungai (DAS) Krueng Aceh.

Semarak Hari Nusantara Nasional XV tahun 2015 yang bertajuk 'Festival Olahraga Bahari Aceh'.

Provinsi yang terletak di ujung barat negeri itu didapuk menjadi tuan rumah perhelatan.

Pertarungan itu dibuka Gubernur Aceh, Zaini Abdullah dan Pangdam Iskandar Muda (IM) Mayjen TNI Agus Kriswanto yang mengibarkan bendera start, Selasa (8/11/2015).

perahu
Serunya festival perahu naga. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) dan Kementerian Kelautan menunjuk Pemerintah Aceh untuk mengemas even tersebut.

Tak berlebihan karena Indonesia dikenal mempunyai gugusan kepulauan terbesar di dunia.

Kekayaan baharinya membentang dari Sabang hingga Merauke.

“Perahu naga terakhir kali diselenggarakan pada 2004 atau sebelum Aceh diterjang tsunami. Sekarang olahraga air tersebut kami coba hidupkan kembali”, papar Kabid Olahraga Dispora Aceh, Musri Idris didampingi Ketua Panitia, Sukardi kepada Tribun Travel di lokasi acara.

Banda Aceh yang terletak di ujung Pulau Sumatra diapit oleh sungai-sungai.

Salah satunya adalah sungai Aceh atau yang dalam bahasa lokal dikenal sebagai Krueng Aceh.

Sungai ini membelah kota yang dulunya bernama Kuta Raja yang dikenal sebagai jalur perdagangan dunia.

Pada masanya, Aceh yang terletak di bibir Selat Malaka menjadi tempat transit para saudagar.

Termasuk bahariawan Tiongkok bernama Laksamana Cheng Ho.

Hari itu bertempat di Desa Peunayong Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh atau yang dikenal sebagai kampung Pacinan atraksi air itu digelar.

Hari Nusantara Nasional ke-15 itu dirangkai dengan HUT Kodam IM ke-59.

17 tim dari Kodam IM dan masyarakat setempat yang berasal dari kampung nelayan berlaga melajukan perahunya.

Lomba perahu naga ini memakai aturan main (regulasi) Canoeing dan dragon boat dari ICF tahun 2010 dengan sistem Reficise.

Melaju dengan lintasan sepanjang 250 meter dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.

Melintasi bawah jembatan Peunayong dan finish dekat jembatan Pantee Pirak.

17 tim perahu naga yang berlaga, yaitu tim Lampulo Banda Aceh, Hubdam Iskandar Muda, Yon Armed 17, dua tim Rimdam Iskandar Muda, dua tim dari Yonif Raider 112/DJ, dan Serambi SKM.

Kemudian Dispora Aceh, STKIP Bina Bangsa Getsempena, Pemkab Aceh Timur, Yon Zipur 16/DA, Bekangdam Iskandar Muda, Ulee Kareng, SUPM Ladong, Kampung Jawa, dan tim Jasdam Iskandar Muda.

“Jalur lomba terdiri dari empat lintasan. Dalam satu gelombang hanya empat tim yang bertarung. Mulai babak penyisihan, semifinal, dan final. Setiap tim terdiri dari 25 orang,” terang Kadispora Aceh, Iskandar Zulkarnaen.

Perebutkan puluhan juta

Lomba Perahu Naga ini memperebutkan total hadiah Rp 70 juta.

Rinciannya juara I Rp 25 juta, II Rp 20 juta, III Rp 15 juta, dan juara IV Rp 10 juta.

Akhirnya juara I dengan finis terdepan tim Dispora Aceh. Disusul juara II Tim Yonif Raider 112/DJ, dan juara III Universitas Serambi Mekkah. Kemudian juara IV STKIP Getsempena.

Peserta mengayuh serentak dipandu seorang penabuh genderang, dan seorang pemegang kemudi (tekong).

Perahu-perahu yang beraneka warna dihiasi kepala naga, ekor naga, dan lukisan sepanjang badan perahu.

Pemukul gendang memukul gendangnya dan menyelaraskan irama dayung bagi setiap peserta dalam perahu.

Tensi pengayuh perahu makin cepat hingga melewati finis baru berhenti.

Permukaan air sungai yang tenang beriak tatkala perahu naga melaju.

Gembita warga yang menyaksikan atraksi tersebut terlihat dari bibir sungai.

Tempik sorak menyemangati jagoannya.

Festival perahu naga, semarak Hari Nusantara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas