Seperti Ini Pernikahan Adat Tiongkok yang Masih Lestari pada Warga Keturunan di Surabaya
Seperti inilah adat pernikahan Tiongkok yang masih lestari pada warga keturunan di Surabaya.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Surya, Wiwit Purwanto
TRIBUNNEWS.COM - Adat dan prosesi ijab kabul pengantin Tiongkok masih kental bagi sebagian warga keturunan yang tinggal di Surabaya.
Seperti adat pengantin Jawa ritual liturgi pernikahan secara Taoisme ini juga melalui tahap tahap yang harus dilalui secara berurutan
Bertempat di klenteng Hian Thian Siong Tee, Yayasan Sahabat Sinoman Indonesia (YSSI) Jalan Kalisari, prosesi liturgi pernikahan Tao ini diawali dengan penjemputan kedua mempelai pasangan Siddi Arya Karuna (22) dan Octavia Chandra Setiawati (20).
Prosesi pernikahan adat Tiongkok yang masih lestari di kalangan warga keturunan di Surabaya.
Dua naga barongsai menjemput pasangan yang hendak berikrar janji ini tepat di depan pintu masuk klenteng. Selanjutnya pasangan berbahagia ini di arak masuk ke dalam klenteng.
Namun sebelum masuk ke ruang utama, mereka harus meminta ijin terlebih dahulu kepada pengurus klenteng.
"Istilahnya harus permisi sebelum masuk ke ruang utama dengan sembayang dulu," jelas Stanley Prayogo, selaku Wu Maofu Daozhang atau Pendeta Tao di YSSI.
Jadi calon pengantin lebih dulu sembah sujud kepada yang kuasa, dan minta ijin kepada pemilik atau penguus klenteng.
Usai sembayang, 10 orang Daozhang atau pendeta Tao dengan berpakaian kebesaran berwarna merah khas Tiongkok membawa pasangan berbahagia ini memasuki ruang utama untuk melakukan penghormatan kepada para dewa.
Para pendeta Tao ini terus mengiringi hingga calon pengantin ini mengucapkan janji keduanya di depan altar dan dewa jodoh.
Ritual lainnya yang dilakukan di depan altar ini antara lain, penancapan bunga emas kepada mempelai laki lakj dan penancapan tusuk konde kepada mempelai wanita.
Semuanya dilakukan berurutan hingga acara suao menyuap kedua mempelai dan diakhiri pelepasan dua ekor burung merpati dan balon gas di halaman klenteng.
Stanley mengatakan, upacara dan pembacaan liturgi pernikahan secara Taoisme ini sudah banyak ditinggalkan.
"Padahal tradisi ini adalah asli dari Tiongkok, saat itu paling marak adalah pada jaman dinasti Han," jelasnya.