Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengintip Cara Vietnam dan Thailand Hidupkan Kuliner Lokal yang Terancam Punah

Mari mengintip cara Vietnam dan Thailand hidupkan kuliner lokal dari persaingan makanan waralaba asing.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Mengintip Cara Vietnam dan Thailand Hidupkan Kuliner Lokal yang Terancam Punah
Tribun Jogja/ Hamim Tohari
Satu paket tengkleng, sambel dan sepiring nasi putih di Warung Tengkleng Pak Kribo di Sleman Utara (Tribun Jogja/ Hamim Tohari) 

TRIBUNNEWS.COM -Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berharap pemerintah di daerah berupaya keras menaikkan kelas bagi kuliner tradisional lokal, mulai dengan mendata, mengembangkan, dan mematenkan kuliner tradisional itu.

Langkah ini diyakini bisa menolong banyak kuliner lokal yang nyaris terus tersisih dengan cepat saji dan makanan asing.

Keinginan ini terungkap dari Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kemenpar, Raseno Arya, saat menghadiri Festival Makanan Nusantara di BSCC Doom di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (12/12/2015).


Ikan lele dimasak gulai.

“Saya akan membuat surat ke kepala daerah-kepala daerah agar kuliner di daerah itu didata. Kuliner tradisional itu banyak sekali dan luar biasa. Kita mesti mengembangkannya,” kata Raseno.

Kuliner tradisional terus tergerus oleh kehadiran kuliner asing lewat waralaba yang terus bermunculan di Tanah Air. Kuliner asing hadir bersamaan dengan promosi negara lain yang juga gencar ke seluruh dunia.

“Lihat saja makanan Vietnam, Thailand, Amerika sangat diminati sekarang. Mereka hadir dengan promosi anak muda mereka dengan gaya hidup, film, dan musik mereka. Contohnya Korea dan Jepang. Maka kita harus bangkit,” kata Raseno.

Pertumbuhan mal juga semakin tidak ramah pada kuliner tradisional. Banyak kuliner tradisional mulai ditinggalkan atau bahkan hanya diberi porsi kecil di mal-mal. Makanan tradisional negeri sendiri dan lokal pun mulai tersisih.

Berita Rekomendasi

“Jadi seharusnya ada aturan di daerah berapa persen makanan tradisional atau lokal di mal. Kalau tidak nanti tersisih terus,” katanya.

Selain itu, menurut Raseno, daerah perlu mendata seluruh kulinernya, termasuk yang hampir punah, segera dikembangkan, bila perlu dipatenkan.

Pengusaha-pengusaha lokal juga mesti terpanggil untuk mengembangkan makanan lokal. Pameran-pameran kuliner tradisional juga terus digalakkan hingga mancanegara.

“Kemudian tahun depan, kita kembali buat seperti ini (festival) khusus masakan tradisional dan yang hampir punah. Tidak boleh makanan luar (mancanegara). Kita mesti bangga makanan kita sendiri,” katanya.

Destinasi wisata yang menonjolkan kekayaan budaya di daerah itu, termasuk kulinernya, tentu memberi kesan baik bagi wisatawan.

Raseno menambahkan wisata kuliner diharapkan menjadi salah satu andalan pariwisata Indonesia. Eksistensi kuliner tradisional daerah yang kuat dan pengembangnnya diyakini menjadi faktor pendukung daerah untuk wisata.


Kerak telor.

Kuliner diharapkan menjadi pendukung tercapainya target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia di 2019.

Kaltim, khususnya Balikpapan sendiri kedatangan sekitar 2 juta wisatawan hingga Oktober 2015.

Angka itu mendekati target yakni 2,25 juta wisatawan di 2015. Balikpapan kini mengejar kunjungan 2,5 juta wisatawan pada 2016 mendatang. (Dani J)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas