Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bali Pulau Wisata Terbaik Kedua di Dunia dan Nomor Satu di Asia, Rupanya Ini Strateginya

Inilah rahasia strategi dari pemerintah Indonesia sehingga Bali dinobatkan sebagai pulau wisata terbaik kedua di Dunia dan nomor satu di Asia.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Bali Pulau Wisata Terbaik Kedua di Dunia dan Nomor Satu di Asia, Rupanya Ini Strateginya
TRIBUN BALI/ANDRIANSYAH
Ribuan Umat Hindu melakukan persembahyangan odalan di Pura Luhur Tanah Lot, Badung, Rabu (4/6). TRIBUN BALI/ANDRIANSYAH 

TRIBUNNEWS.COM - Pulau Bali mendapat predikat pulau wisata terbaik kedua di dunia pada 2015 setelah Kepulauan Galapagos, Ekuador, versi majalah Travel and Leisure.

Di tingkat Asia, Pulau Bali mendapat peringkat pertama, mengungguli Maldives dan Phuket, Thailand. Pencapaian ini diraih karena Bali mempunyai keindahan alam, keunikan budaya, dan keramahtamahan penduduk.

Penghargaan pulau terbaik dunia untuk Bali itu bukan yang pertama. Bali menjadi tiga besar pulau wisata terbaik dunia versi Travel and Leisure sejak 2009.

Menteri Pariwisata Arief Yahya bangga terhadap pencapaian Bali ini. Pencapaian ini melengkapi sejumlah survei serupa yang diselenggarakan media atau institusi lain.

Sebagai contoh, 9 Agustus lalu, Raja Ampat meraih peringkat pertama dan Taman Nasional Komodo di urutan kedua World’s Best Snorkeling Destination versi CNN. Galapagos berada di rangking ketiga.


Tari Kecak

”Branding Wonderful Indonesia, yang tadinya tidak ada rankingnya, pada 2015 melesat 100 peringkat jadi ranking ke-47, mengalahkan Amazing Thailand yang menduduki ranking ke-83. Hal yang memuaskan, mengalahkan branding Truly Asia Malaysia yang hanya ranking ke-96,” kata Arief di Jakarta, Minggu (3/1/2016).

Dia mengatakan, strategi pencitraan destinasi yang digenjot pemerintah mulai menampakkan hasil. Untuk 2016 dan masa mendatang, kata Arief, strategi promosi dan pencitraan tetap dilanjutkan.

Berita Rekomendasi

Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Agung Yuniartha mengatakan, penghargaan ini jadi tantangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk pelaku pariwisata, serta masyarakat untuk mempertahankan budaya hingga berkreasi dengan destinasi baru.

”Ini kebanggaan Bali. Namun, kami menyadari, tetap perlu penyusunan agenda budaya untuk lebih maksimal berpromosi,” katanya.

Menurut Yuniartha, potensi pariwisata budaya di Bali belum banyak tergali. Oleh karena itu, Dinas Pariwisata Bali berencana memperbanyak dan memperkuat desa wisata. Program ini diharapkan mampu meratakan pariwisata agar tidak hanya berpusat di Bali bagian selatan.

Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Made Sadra berharap pemerintah terus memperkuat eksistensi desa adat. Alasannya, desa adat berperan dalam pariwisata Bali yang masih mengandalkan keindahan alam dan tradisi yang bersumber di desa adat.

Pariwisata budaya

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Bali Ngurah Wijaya bangga atas penghargaan yang diraih Bali untuk kesekian kali ini. Ia meminta komitmen pemerintah memperkuat pariwisata budaya dan menjalankan regulasinya.

Wijaya menilai, perlu ada regulasi mengenai zonasi. ”Ini penting agar budaya tetap terjaga
di antara gempuran pembangunan modern. Jika kebablasan, pariwisata Bali bisa rusak,” ujarnya.

Puluhan ribu wisatawan asing datang setiap bulan. Namun, pemerintah setempat khawatir pintu masuk Bali ini ternoda kasus pemerasan terhadap wisatawan, seperti yang menimpa turis Tiongkok pada September lalu. Kenyamanan dan keamanan pun dipertaruhkan.

Setiap tahun, wisatawan asing yang datang melalui Bandara Ngurah Rai, Bali, meningkat. Pada 2015, jumlah wisatawan asing sekitar 4 juta orang, sedangkan wisatawan domestik sekitar 6 juta orang. Namun, lama tinggal wisatawan menurun dalam lima tahun terakhir, dari lima hari menjadi tiga hari.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana mengatakan, Bali akan tetap digunakan sebagai hub Indonesia untuk memperkenalkan potensi obyek wisata unggulan, seperti Raja Ampat, Yogyakarta, Morotai, dan ratusan destinasi wisata lain. (AYS/MED)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas