Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jejak-jejak Kejayaan Kereta Api di Sumatera Barat Sepanjang 155 Kilometer, Apa Kabarnya Kini?

Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api sepanjang 155 kilometer dari Sawahlunto hingga Pelabuhan Teluk Bayur.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Jejak-jejak Kejayaan Kereta Api di Sumatera Barat Sepanjang 155 Kilometer, Apa Kabarnya Kini?
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Jembatan Kereta di Lembah Anai, Sumbar. 

TRIBUNNEWS.COM, SAWAHLUNTO - Tidak ada lagi suara khas kereta api memecah keheningan saat melalui Lembah Anai di Sumatera Barat.

Semua telah usai dan menyisakan sebujur rel dan stasiun yang telah kusam karena tak terawat.

Sejarah kereta api di Sumatera Barat tak lepas dari penemuan tambang batubara berkalori tinggi di daerah Ombilin, Sawahlunto, dengan perkiraan cadangan mencapai 200 juta ton.

Untuk mempermudah pengangkutan, Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api sepanjang 155 kilometer dari Sawahlunto hingga Pelabuhan Teluk Bayur yang dahulu bernama Emmahaven melalui Padang Panjang.


Menjadi warung. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)
 

Selama 109 tahun, jalur tersebut digunakan secara rutin untuk mengangkut batubara dan penumpang.

Seiring dengan berhentinya pasokan batubara dari Sawahlunto yang dikelola PT Bukit Asam, terhenti pula operasi rutin kereta api di jalur tersebut pada tahun 2003.

Selain jalur Teluk Bayur-Sawahlunto, Belanda juga membangun jalur Padang Panjang–Bukittinggi-Payakumbuh-Limbangan sepanjang 72 km.

Jalur ini dioperasikan untuk mengangkut hasil bumi dari pedalaman Sumatera Barat.

Seiring dengan berkembangnya transportasi darat, kereta api mulai tersisih dan tidak beroperasi sejak tahun 1973.


Berubah fungsi. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)
 

Saat ini hanya tersisa jalur Padang-Pariaman sepanjang 52 km yang masih secara rutin beroperasi setiap hari.

Pemerintah daerah bersama PT KAI sempat beberapa kali berusaha mengoperasikan kereta api wisata dengan rute menyusuri Danau Singkarak yang menawan dari Solok atau Sawahlunto.

Selain untuk membangkitkan dunia pariwisata juga untuk merawat jalur kereta dan kelengkapannya. Namun, saat ini rute wisata tersebut telah tutup. (Totok Wijayanto)


Bantalan rel. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Berita Rekomendasi
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas