Ini Wisata Memancing Asyik yang Ditawarkan Pemancingan Kampung Tambak Garam di Maumere
Ini dia wisata memancing asyik yang ditawarkan Pemancingan Kampung Tambak Garam di Kota Maumere, NTT.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Pos Kupang, Aris Ninu
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Murah dan terjangkau. Itulah kesan yang terucap dari para pemancing mania Maumere yang sering melakukan aktivitas memancing di lokasi pemancingan Kampung Tambak Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok.
Aktivitas memancing yang dilakukan oleh para pemancing ini dilakukan untuk melepas kepenatan dan kejenuhan saat beraktifitas selama sepekan.
Lokasi mancing tambak garam yang masih berada di dalam Kota Maumere dan letaknya yang sangat strategis dan pelayanan dari pengelola yang ramah membuat para pemancing betah dan tidak perlu menuju ke tempat pemancingan yang berada di luar Kota Maumere.
Pemancingan Kampung Tambak Garam di Maumere.
Dengan jarak tempuh dua kilo meter dari pusat Kota Maumere untuk menuju ke lokasi tempat pemancingan di Tambak Garam telah dijadikan salah satu tempat wisata pemancingan yang ramai dikunjungi para pemancing.
Jika kita datang pada hari Minggu dan Sabtu ataupun saat liburan tempat ini akan dipenuhi para pemancing yang dengan segala macam atribut alat tangkap baik yang menggunakan alat tangkap menggunakan tongkat yang di beli di toko maupun alat tangkap manual yang tali senarnya digulung di gulungan batang pohon bambu atau dari kaleng. Dan para pemancing ini menamakan dirinya sebagai para pemancing mania Kota Maumere.
Selain memberikan rasa menantang dan penuh kesabaran dalam memancing, para pemancing juga disuguhkan dengan panorama hijau dari rimbunan ribuan tanaman mangrove atau bakau.
Kicauan berbagai jenis burung yang hilir mudik terbang dan hingga di batang dan ranting pohon seakan memberikan nuansa alami bagi para pemancing.
Budiyono, salah satu pemancing yang ditemui Pos Kupang di Lokasi Pemancingan,Minggu (3/4/2016) siang, mengatakan, spot pancing di Lokasi Tambak Garam memberikan kesan tersendiri.
Nuansa sunyi yang berada di sini mampu memberikan kesejukan dan menghilangkan semua kelelahan yang telah dilakukan selama sepekan.
Budi yang telah dua kali memancing di lokasi itu mengatakan, pertama kali mengetahui dan mengenal lokasi mancing di Tambak Garam bermula dari ajakan temannya.
"Awalnya saya sering mancing di Pelabuhan Lorens Say Maumere atau bersama teman-teman sewa kapal motor kecil untuk pancing di tengah laut, namun setelah mengetahui dan mancing di lokasi ini saya akhirnya jadi betah dan ingin memancing terus. Sudah dua kali saya mancing yaitu di hari sabtu kemarin dan ini hari. Suasananya sangat indah, "ujarnya.
Pengelola di sini tidak terlalu menuntut banyak dari para pemancing. Untuk masuk ke lokasi mancing para pemancing tidak perlu membayar uang masuk.
Setiap pemancing yang ingin masuk mancing hanya perlu mengeluarkan uang lima ribu rupiah untuk membeli umpan yang telah disediakan dan kalau ingin membawa pulang ikan hasil tangkapan di jual dengan harga Rp 30 ribu per kilogram.
Jika hasil tangkapan bukan untuk dibawa pulang hasil tangkapannya di lepas kembali ke dalam kolam.
Budi yang hobby mancing dari kecil menjelaskan, ada dua istilah yang sering digunakan oleh para pemancing.
Istilah pertama adalah strike yang artinya umpan yang dibuang pemancing di laut atau pun di kolam ikan ditangkap atau dimakan ikan dan ikan itu berhasil sampai di tangan pemancing.
Istilah kedua adalah rillis yang artinya, ikan hasil tangkapan para pemancing dilepas kembali ke laut atau kolam ikan karena berbagai alasan seperti ikan kecil atau saat mancing hanya untuk senang-senang saja.
Pemilik Lokasi Mancing Tambak Garam, Halim Eko, kepada Pos Kupang di kediamannya di jalan Anyelir Perumnas Maumere, mengatakan, lokasi mancing tambak garam yang diikelolanya saat ini adalah lahan milik Pemerintah Kabupaten Sikka namun telah dikelola oleh orang tuanya sejak tahun 1979 melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Sikka.
Sebelum dijadikan tempat untuk mancing lokasi ini hanya untuk memelihara ikan bandeng oleh orang tuanya.
Namun hasilnya kurang ada disebabkan struktur tanah labil dan juga tidak bisa menampung air laut yang banyak maka diubah menjadi lahan pancing khusus ikan bandeng air asin.
Proses merenovasi petak tambak ikan ini membutuhkan waktu yang lama. Butuh tiga tahun untuk menyelesaikan tiga petak ini.
Membuatnya pun dengan cara manual mulai cangkul dan cor. Dulunya didinding tembok menggunakan bahan dari tanah tapi karena selalu jebol akhirnya menggunakan dinding cor.
Usai menyelesaikan pembuatan petak pemancingan dimulai membuka usaha pemancingan dari tahun 2015 sekitar bulan Febuari. Bibit pertama yang disebar sekitar 30 ribu ekor.
"Lokasi mancing tambak garam dulunya tidak seperti ini. Sebelum dibuat untuk tempat pemancingan, tambak ini hanya untuk memelihara ikan bandeng dan dinding tambak hanya menggunakan tanah. Sekarang baru saya buat dindingnya dengan tembok cor, " ujar Mas Eko.
Ia mengharapkan pemerintah mengizinkan lahan tambak yang kosong untuk di kelola. Pasalnya, lahan yang kosong bisa dimanfaatkan untuk membuat tambak, lokasi pemancingan ataupun tempat untuk melakukan studi penelitian bagi pelajar ataupun mahasiswa.
"Di tambak ini selain aktifitas memancing sering juga dimanfaatkan oleh pelajar SMK Negeri 2 Maumere dan Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Unipa Maumere untuk melakukan penelitian atau kerja praktek, " ungkap Mas Eko.
Namun untuk sekarang, lahan tambak pemancingan untuk sementara ditutup.
"Saya menutup karena ikan-ikan masih kecil, belum ada bibit baru dan juga masih mengupayakan membuat beberapa tempat-tempat duduk bagi para pemancing agar nyaman dan tidak terlalu panas saat memancing, " ujarnya.
Ia menyadari masih banyak kekurangan yang belum terpenuhi di lokasi mencingnya saat ini.
Ia mengharapkan bantuan dan dukungan dari Pemkab Sikka melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Sikka agar dapat membantu mengatasi masalahnya karena selama ini seluruh proses pengerjaannya selalu diusahakan sendiri secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama.*