Makan Kuliner Sunda Tapi Dengan Suasana Pantura, Cuma di Rumah Makan Ma'Pinah
Bersantap menu Sunda di Jawa Barat sudah biasa. Yang ini menu Sunda bersuasana Pantura. Cuma di RM Ma'Pinah di Bantul.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Di Yogyakarta mungkin cukup banyak tempat makan yang menjual masakan khas Sunda, tetapi jika ingin mencicipi kuliner Sunda ala Pantura, mungkin hanya rumah makan Ma’Pinah tempatnya.
Rumah makan Sunda yang satu ini berada di jalan Imogiri Barat km. 6 Ngoto, Bantul.
Di sana anda akan menemukan sejumlah menu khas Sunda daerah Pantura, karena awal mulanya Ma'Pinah berdiri di kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebagai daerah pesisir, daerah tersebut terkenal dengan beragam olahan hasil laut.
Maka saat mengunjungi Ma'Pinah anda akan dimanjakan dengan beragam olahan ikan, baik ikan laut maupun ikan air tawar, dan seafood.
“Rumah makan ini terkenal dengan olahan ikan bakarnya, dan salah satu menu andalan kami adalah ikan etong bakar,” ungkap Habib Sulaiman selaku penanggung jawab rumah makan Ma’Pinah.
Ikan laut jenis ini sangat banyak di kawasan pesisir utara Pulau Jawa. Meskipun saat ini menjadi menu andalan di Ma’Pinah dan cukup populer di kawasan Pantura, tetapi dulunya ikan ini adalah ikan buangan dan jarang diolah karena kulitnya yang sangat keras.
Tetapi di balik kulitnya yang keras, tetapi daging ikan ini cukup lembut dan gurih, terlebih jika diolah dengan cara dibakar menggunakan bumbu racikan rumah makan Ma’Pinah.
Cara mengolah ikan dengan cara dibakar memang lumrah dilakukan, tetapi cara membakar ikan di Ma’Pinah berbeda dengan kebanyakan rumah makan lainnya yang ada di Yogyakarta.
“Jika di kebanyakan tempat makan, ikan digoreng dahulu sebelum dibakar, maka ditempat kami ikan segar yang sebelumnya telah dibersihkan kemudian dibakar,” ujar Habib.
Tidak hanya cara bakaranya yang spesial, ikanya pun dibumbui hingga tiga kali agar rasanya benar-benar mantap. Sebelum dibakar, ikan direndam terlebih dahulu di dalam bumbu yang terbuat dari perasan jeruk nipis, garam, jahe, dan timun yang dicincang.
Perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan bau amis. Setelah direndam, ikan kemudian dibakar. Jika ikan telah setengah matang kemudian diolesi dengan bumbu kuning. “Saat hampir matang, ikan kembali diolesi dengan bumbu, baik dengan bumbu manis, madu, maupun pedas, sesuai dengan selera pembeli,” urai Habib.
Cara mengolah ini menghasilkan ikan etong bakar bercitarasa gurih, bumbunya benar-benar meresap kedalam daging, dan citarasa khas ikan laut yang masih terasa.