Bunga Bangkai yang Ditanam 10 Tahun Lalu Itu Kini Menampakkan Pesona Terindahnya
Bunga bangkai yang ditanam 10 tahun silam itu menampakkan pesona terindahnya.
Editor: Agung Budi Santoso
Rhenald berharap keberadaan bunga bangkai di Rumah Perubahan dapat mengedukasi anak-anak dan masyarakat mengenai tanaman endemik asal Indonesia.
”Dengan adanya bunga ini, kita berharap anak-anak jadi mengenal tumbuhan asli Indonesia yang sangat indah. Mereka juga tahu bagaimana cara melestarikannya,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.
Pengelola Rumah Perubahan, Afifa Anistia, mengatakan, bunga bangkai di Rumah Perubahan diperkirakan akan mekar secara sempurna pada 7-10 hari mendatang.
Mekarnya bunga tersebut hanya akan bertahan antara 8 jam-48 jam. Saat mekar itulah bau bangkai akan keluar dari bunga itu.
Setiap pengunjung yang ingin menyaksikan bunga bangkai di Rumah Perubahan akan dikenai biaya Rp 50.000 per orang sebagai biaya konservasi.
Bunga bangkai tersebut dirawat oleh tim konservasi dan dibatasi dengan pagar yang berjarak sekitar 1 meter. Tujuannya agar bunga tak rusak oleh pengunjung yang penasaran ingin memegang bunga langka itu.
Selain bunga bangkai, Rumah Perubahan juga memiliki beragam koleksi tanaman langka lain sebagai bagian dari edukasi.
”Kami juga memiliki Rafflesia arnoldii, tetapi masih berukuran 5 sentimeter. Bunga ini sangat sensitif jadi belum bisa dibuka untuk umum,” kata Rhenald.
Yuzammi, peneliti bunga bangkai dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, mengatakan, selama ini masyarakat kerap salah persepsi mengenai bunga bangkai. Bunga bangkai kerap diasosiasikan dengan Rafflesia arnoldii yang nyatanya sangat berbeda.
”Kedua bunga tersebut berasal dari suku berbeda dan bentuknya juga beda. Selain itu, bunga Rafflesia itu jenis bunga parasit, sedangkan bunga bangkai merupakan tanaman yang mandiri,” ucap Yuzammi.
Yuzammi mengungkapkan, bunga bangkai yang merupakan tanaman endemik Sumatera ini dapat dibudidayakan di dataran rendah yang bercuaca panas, seperti di Bekasi atau Jakarta. Tak heran jika bunga tersebut dapat tumbuh di Rumah Perubahan.
”Yang terpenting adalah media tempat bunga itu ditanam. Bunga bangkai membutuhkan tanah yang gembur, cukup air, serta cukup ruang untuk umbi berkembang,” kata Yuzammi.
Dengan membudidayakan Amorphophallus titanum di Bekasi, warga pun tidak perlu pergi jauh ke Sumatera untuk menyaksikan keindahan tanaman langka tersebut. Nilai-nilai konservasi pun dapat ikut ditularkan.... (HARRY SUSILO)