Lima Tradisi Unik Perayaan Imlek di Indonesia, Bagi-bagi Angpao hingga Larangan Membalik Ikan
Sin Cia atau Imlek tidak jauh berbeda dengan tahun baru masehi atau tahun baru Hijriah bagi umat Islam.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sin Cia atau Imlek tidak jauh berbeda dengan tahun baru masehi atau tahun baru Hijriah bagi umat Islam.
Tahun baru Imlek adalah tahun baru Cina. Pada umumnya, yang banyak merayakan Imlek adalah warga Tiongha.
Kata Imlek (im=bulan, lek=penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau Bahasa Mandarin-nya Yin Li yang berarti kalender bulan (Lunar Newyear).
Menurut sejarah, Sin Cia merupakan sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di Tiongkok yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru.
Perayaan ini juga berkaitan erat dengan pesta perayaan datangnya musim semi yang dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama atau yang lebih dikenal dengan istilah Cap Go Meh.
Perayaan Imlek meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta / Thian (thian=Tuhan dalam Bahasa Mandarin), dan perayaan Cap Go Meh.
Tujuan dari sembahyang Imlek adalah sebagai bentuk pengucapan syukur, doa dan harapan agar di tahun depan mendapat rezeki yang lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai media silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Imlek adalah tradisi pergantian tahun. Sehingga yang merayakan Imlek ini seluruh etnis Tionghoa apapun agamanya.
Bahkan menurut Sidharta, Ketua Walubi, masyarakat Tionghoa Muslim juga turut merayakan Imlek.
Tradisi dalam perayaan Imlek
Setelah adanya kebijakan menghormati Pluralisme yang diberlakukan sejak era kepemimpinan Abdurrahman Wahid, pernak-pernik imlek saat ini mudah sekali kita temui ketika mendekati perayaan tahun baru Imlek.
Lalu apa saja tradisi yang biasa dilakukan saat merayakan Imlek? Berikut ulasannya:
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.