Singgah di Kota Kupang, Rugi Nggak Berburu Tenun Ikat Khas NTT, Di Sini Lokasinya
Singgah di Kota Kupang, rugi rasanya kalau pulang tidak membawa tenun ikat khas NTT.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Pos Kupang, Julianus Akoit
TRIBUNNEWS.COM - Bila Anda jalan-jalan ke Kupang, NTT dan hendak mencari oleh-oleh tenun ikat khas NTT, silakan mampir ke Yos Gallery di Jalan Timor Raya, Km. 15, Kelurahan Tarus, Kupang Tengah.
Di sini ada ribuan lembar tenun ikat seluruh daerah di NTT.
"Saya koleksi 20.000 lebih lembar tenun ikat dari berbagai daerah di NTT. Mungkin cuma di Yos Gallery saja, yang punya koleksi paling lengkap," jelas Yosep Okhotan, pemilik Yos Gallery, saat dihubungi Pos Kupang pekan lalu.
Pria keturunan Tionghoa ini mengatakan, sebelum orang berpikir menjual dan memperkenalkan tenun ikat khas NTT, ia sudah memulainya sejak tahun 1980 lalu.
Inilah sebagian tenun ikat dan porselin Cina yang ditemui di Yos Gallery di Kelurahan Tarus, Kupang Tengah (Pos Kupang/ Julianus Akoit)
"Sudah 36 tahun lamanya saya jual tenun ikat khas NTT di Jakarta dan Bali. Saya juga sudah keliling beberapa kota di Eropa dan Amerika untuk pameran. Saya urus sendiri tanpa bantuan dari pemerintah," kisah Yos.
Yos telah membuka tiga toko gallery, yaitu di Kupang, Ubud (Bali) dan Kawasan Mayestic, Jakarta.
"Yang terbesar di Ubud, Bali. Ada sekitar 15.000 lembar tenun ikat yang saya pajang di sana," katanya.
Tenun ikat NTT koleksi Yos adalah yang paling unik dan langka. Yang paling langka, harganya bisa mencapai ratusan juta per lembar.
"Misalnya satu lembar tenun ikat yang saya dapat dari Kerajaan Amfoang tempo doeloe, Sabu, Rote, Sumba, Timor Leste, Belu, Insana, Boti (TTS), Sikka (Flores) dan beberapa daerah di Flores serta Alor. Kainnya sudah tidak diproduksi lagi oleh komunitas adat, tapi saya masih simpan. Harganya tentu mahal," jelas Yos.
Koleksinya, kata Yos, dijamin lengkap. Dari yang harga ratusan ribu hingga ratusan juta. Kain koleksi Yos, dihimpun dari semua daerah di NTT.
Selain berjualan kain tenun ikat, Yos juga menjual aneka porselin Tiongkok dari Dinasti Ming, abad 13 hingga abad 16.
Porselin Tiongkok warna putih biru itu (qing hua) asal Jingdezhen, daratan Tionkok itu, dihimpun Yos dari beberapa raja di Pulau Timor, Rote, Sabu, Flores, Sumba dan Alor.
"Ketika bangsa Tiongkok berdagang ke Timor dan sekitarnya, porselin Cina berwarna putih biru itu dijadikan sebagai salah satu alat tukar (barter) dengan madu, lilin, kayu cendana dan sebagainya," tutur Yos soal porselin Cina yang dikoleksinya.
Harganya, relatif mahal. Satu keping pinggan (piring makan), dilepas dengan harga Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Sedangkan Teko (pasu) dan kendi Rp 3,5 juta hingga Rp 4,5 juta per biji.
"Bisa dites secara ilmiah apakah porselin Cina koleksi Yos Gallery asli atau palsu. Berani diadu dengan yang dikoleksi orang lain," promosi Yos.