Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Aek Sipitudai, Mata Air Ajaib di Samosir yang Alirkan 7 Rasa, Orang Rela Antre demi Khasiatnya

Ada 7 pancuran dengan aliran berbeda-beda rasa, ada rasa asam, pekat, asin, tawar, kelat, kesat, pahit.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Aek Sipitudai, Mata Air Ajaib di Samosir yang Alirkan 7 Rasa, Orang Rela Antre demi Khasiatnya
Tribun Medan/Silfa Humairah
Mata air ajaib di Samosir, Sumatera Utara. 

Laporan Wartawan Tribun Medan/Silfa Humairah

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Di Samosir, tak jauh dari Simpang Limbong, ada Aek Sipitudai yang tepatnya berlokasi di Desa Limbong Sagala, Samosir.

Apa itu Aek Sipitudai?

Aek Sipitudai adalah Bahasa Batak dari Air 7 Rasa.

aek
Aek sipitudai. (Tribun Medan/Silfa)

Dinamakan demikian karena tempat tersebut merupakan objek wisata dan keajaiban alam karena 1 sumber mata air yang bisa mengalirkan air 7 rasa.

Biasanya, wisatawan yang datang memiliki beragam tujuan.

Ada yang sekadar menyicipi rasa-rasa air, ada yang mandi langsung dari pancuran karena hari yang terik atau kelelahan dari mendaki gunung Pusuk Buhit, dan adapula yang khusus mengambil airnya untuk spritual.

BERITA TERKAIT

Banyak yang menyakini meminum air 7 rasa tersebut dapat menyembuhkan penyakit dan membuat awet muda.

Berasal dari resapan air di kaki Pusuk Buhit yang tersaring oleh sebatang Hariara (beringin), penduduk dan wisatawan bisa mandi langsung dari pancuran airnya.

Ada 7 pancuran dengan aliran berbeda-beda rasa, ada rasa asam, pekat, asin, tawar, kelat, kesat, pahit.


Andli Situmorang, penduduk menuturkan tidak hanya rasanya saja.

Masing-masing pancur juga memiliki nama yang mempunyai pengertian tertentu dan kegunaan tertentu pula.

Milsanya, Pansuran Ni ina-ina yaitu tempat mandi para ibu yang masih dapat melahirkan, atau belum terlalu tua.

Atau, Pansuran ni dakdanak yaitu tempat mandi bayi yang masih belum ada giginya.

Namun, menurut Andli, terkadang banyak juga wisatawan memasuki semua pancuran yang kini sudah di sekat-sekat berbentuk kamar mandi yang luas tiap pancurannya.

"Jadi ada juga wisatawan yang penasaran dan memasuki semua ruang pancuran untuk mencicipi airnya. Untungnya pancuran untuk mandi dan mata air untuk mengambil air spritual berbeda. Jadi pendatang yang khusus datang untuk mengambil air untuk spritual punya bilik khusus," jelasnya.

Aek Sipitudai ini sudah mengalami beberapa kali renovasi.

Awalnya belum ada dibangun pintu masuk menuju pancuran hilir Mata Air 7 Rasa ini.

Namun sekitar 4 tahun belakangan, barulah dibangun semacam pintu masuk yang dihiasi patung ornamen Batak di bagian depannya.

"Selain itu pancuran juga udah dipermak dengan patung-patung wanita yang memegang kendi atau bambu sebagai saluran keluarnya air berbagai rasa itu. Dan dari bambu atau kendi itulah keluar air yang rasanya berbeda-beda," tambahnya.

Ia juga mengimbau agar wisatawan yang datang mentaati peraturan, yakni jika ingin mandi harus mengenakan basahan atau baju.

"Karena ruangnya luas, jadi wisatawan yang masuk langsung beramai-ramai, kalau mau mandi ya kita himbau untuk pakai basahan atau baju, bahkan sudah kita tulis di pintu masuk," jelasnya.

Ia juga menuturkan, selain pendatang dan wisatawan, Air Tujuh rasa juga dimanfaatkan warga untuk mandi sehari-hari, air minum, menyuci piring dan pakaian.

Nisa, pengunjung menuturkan antrian cukup panjang yang ingin mandi di dalam karena ada penduduk yang menyuci tepat di bawah pancuran.

"Biasa hari weekend, pengunjung ramai menyambangi Air Tujuh Rasa. Tapi sepertinya penduduk tidak menyadari akan hal itu hingga masih melakukan aktifitas menyuci pakaian alias berlama-lama di tengah antrian wisatawan yang penasaran akan rasa-rasa air tersebut," katanya.

Untuk masuk hanya dipungut biaya Rp 2000 dan uang parkir Rp 2000 untuk sepeda motor dan Rp 5000 untuk mobil.

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas