Kuliner Mangut Bu Fat yang Terkenal di Semarang, SBY Saja Ketagihan Mencicipinya
Pelanggannya Yovie Widiyanto, Hidayat Nur Wahid, M Nuh, Maruar Sirait, Purnomo Yusgiantoro sampai Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Priatmojo
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Mangut dikenal sebagai makanan khas yang mudah ditemukan di jalur Pantai Utara (Pantura).
Masakan berkuah santan dan berbahan ikan asap ini memang favorit.
Di Semarang, ada satu kuliner mangut yang cukup legendaris, yaitu mangut kepala ikan manyung Warung Bu Fat di Jalan Ariloka, Kelurahan Krobokan, Semarang Barat.
Suasana warung ini selalu ramai menjelang tengah hari.
Deretan mobil berjajar rapi memenuhi tempat parkir. Sementara, di dalam warung, sejumlah kursi mulai dipenuhi pengunjung.
"Pemandangan seperti ini biasa terjadi ketika jam makan siang tiba hingga menjelang sore," ucap pengelola Warung Bu Fat, Teguh Sutrisno, sambil menyeka keringat di dahi.
Teguh merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, pasangan Suyoso dan Fatimah.
Dia menjadi generasi kedua yang melanjutkan usaha sang ibu, Bu Fat, yang memelopori menu mangut kepala ikan manyung di Semarang.
Menurut Teguh, Warung Bu Fat berdiri di awal 1969. Sebelum mulai merintis mangut, orangtuanya berjualan nasi rames untuk warga sekitar.
Sebagai menu pendamping, mereka mencoba menyajikan mangut yang bahannya mudah ditemukan di sekitar warung.
"Waktu itu sempat dianggap aneh karena menu mangut biasanya berbahan ikan pe atau ikan pari. Tapi, ibu malah memakai ikan manyung atau nama bekennya jambal roti," terangnya.