Uniknya Ceng Beng di Bangka, Lebih Sakral dibanding Negeri China
Ini yang membuat ritual Ceng Beng di Bangka terasa lebih sakral dibanding di Tiongkok.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan wartawan Bangka Pos, Iwan Satriawan
TRIBUNEWS, BANGKA--Ceng Beng atau Qing Ming sendiri memiliki makna bersih dan terang dan jatuh pada tiap tanggal 4 April.
Untuk ritual ini, ribuan warga keturunan Tionghoa yang berasal dari Pulau Bangka, maupun yang ada di perantauan di berbagai daerah dan luar negeri seperti Hongkong, Singapura, dan RRC ramai-ramai mendatangi kuburan orang tua atau leluhurnya untuk melaksanakan ritual Ceng Beng.
Pada saat puncak ritual Ceng Beng, mereka memanjatkan doa kepada leluhur yang meninggal agar mendapat tempat terbaik disisi Sang Pencipta.
Ritual biasanya dimulai sejak pukul 02.30 WIBdini hari, para peziarah mulai berdatangan kemakam dengan membawa sesajian yang telah disiapkan dari rumah masing-masing diantaranya Sam-sang (tiga jenis daging), Sam kuo (tiga macam buah-buahan) dan Cai choi(makanan vegetarian), di makam leluhurnya masing-masing para peziarah melakukan ritual sembahyang, sebelumnya kubur diterangi oleh lilin, dibakar hio (garu), dan diletakan kim chin(uang palsu kertas) di atas tanah makam sembari memanjatkan doa agar arwah orang tua dan leluhur mereka tenang di alam baka dan meminta diberikan rezeki serta kedamaian
Dapat dipastikan suasana kuburan yang biasanya sepi bakal ramai dipenuhi ribuan manusia pada subuh tanggal 4 April mendatang.
"Untuk Ceng Beng ini sebenarnya dari tanggal 21 sudah mulai sembahyang, puncaknya tanggal 4 April. Yang dari Australia dan Hongkong sudah sembahyang dulu karena terkendala tiket yang melonjak," ungkap Ketua Yayasan Pekuburan Kenanga Abadi Belinyu Andre Tanjung, Sabtu (2/4).
Ia menjelaskan peziarah sebelum tanggal 21 Maret lalu memang sudah mulai berdatangan dari kota-kota besar di Indonesia maupun luar negeri untuk melkukan ritual tersebut.
Sebagian peziarah memanfaatkan moment paskah sekaligus melakukan tradisi Ceng Beng.
"Sebagian sudah pulang lagi ke luar negeri maupun kota-kota besar di Indonesia. Tapi ada yang sengaja masih menunggu puncak Ceng Beng agar lebih afdol, ada nilainya," jelas Andre.
Menurutnya, warga keturunan Tionghoa yang pulang ke wilayah Kecamatan Belinyu dari luar pulau Bangka untuk momen Ceng Beng ini ada lebih dua ribu orang.
Tiap keluarga biasanya pulang membawa anggota keluarga ramai-ramai terutama yang merantau di kota-kota besar di indonesia.
"Untuk Ceng Beng ini justru yang masih terjaga di Pulau Bangka karena di Tiongkok sudah ada pergeseran lantaran pengaruh lahan. Di sana sekarang pakai kremasi bukan dikubur lagi kecuali di desa-desa kecil atau di pelosok-pelosok," papar Andre.
Lebihlanjut ia mengatakan, makna hakiki Ceng Beng sendiri adalah menghormati leluhur karena lantaran adanya para leuhur itulah kita saat ini ada didunia.