Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Libur Panjang, Ajak si Kecil Rekreasi Sambil Belajar di Taman Satwa Taru Jurug Solo

Konon dahulu TSTJ adalah sebuah taman kota yang terletak di tepi Bengawan Solo.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Libur Panjang, Ajak si Kecil Rekreasi Sambil Belajar di Taman Satwa Taru Jurug Solo
Tribunsolo.com/Imam Saputro
Gerbang Taman Taru Jurug. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Salah satu alternatif liburan sambil belajar adalah mengunjungi kebun binatang.

Di kebun binatang selain rekreasi, juga bisa mengenal binatang-binatang yang biasanya hanya dikenal melalui buku atau televisi.


Hewan "penghuni" TSTJ. (Tribunsolo.com/Imam Saputro)

Di Kota Solo ada kebun binatang yang sudah ada sejak empat dekade yang lalu.

Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) namanya, salah satu obyek wisata di Kota Solo yang terletak di sisi timur wilayah Solo, berada di tepian sungai Bengawan Solo, berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar.

Diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Soepardjo Roestam pada 17 Januari 1976, Taman Satwa Taru Jurug masih setia mengajarkan pengetahuan flora maupun fauna hingga kini.

Taman Satwa Taru Jurug Solo sering juga disebut dengan Kebun Binatang Jurug karena memang tempat wisata keluarga ini menawarkan hiburan berupa koleksi aneka ragam binatang langka.

Berita Rekomendasi

Konon dahulu TSTJ adalah sebuah taman kota yang terletak di tepi Bengawan Solo.

Taman itu kemudian digunakan untuk menampung satwa dari Taman Bonrojo atau Kebun Raja yang dibangun oleh Paku Buwono X pada sekitar tahun 1870 an di Sriwedari.


Pengunjung TSTJ Solo. (Tribunsolo.com/Imam Saputro)

Akhirnya pada tahun 1986 Pemkot Solo berinisiatif mengambil alih kebun binatang agar lebih terawat dan memindahkannya ke TSTJ.

Untuk mengelolanya dibentuklah sebuah yayasan yang bernama Yayasan Bina Satwa Taruna dan sejak itulah dikenal  bernama Taman Satwa Taru Jurug ( TSTJ).

Jurug menawarkan lokasi yang indah untuk berwisata dan belajar, di dalamnya terdapat berbagai spesies hewan dan tumbuhan.

Tiket masuknya cukup terjangkau, 10 ribu di hari biasa dan 12 ribu saat hari libur.

Masuk kedalam, dengan konsep wisata alam, jalan-jalan di dalam TSTJ dikelilingi pohon-pohon besar dan rindang, sehingga asik untuk berjalan santai sembari melihat koleksi satwa.

Gajah tertua yang bernama Kyai Rebo di Jurug telah mati dan diawetkan serta dipajang di galeri koleksi binatang Taman Jurug persis didepan gerbang masuk, seakan menyambut para pengunjung.

Koleksi pertama yang langsung terlihat adalah satu keluarga gajah, seekor induk gajah, pejantan dan seekor anak gajah.

Bergeser, akan ada kubah burung dengan puluhan koleksi unggas.

Koleksi binatang lainnya antara lain macan tutul, harimau sumatera, ular, komodo, iguana, kuda, landak, dan kuda nil.

Juga ada beruang, kera, zebra, unta, buaya, merak, kijang, gajah, siamang.

Di hampir setiap kandang, tersedia papan informasi yang berisi nama satwa, deskripsi singkat bagaimana satwa hidup dan juga informasi mengenai makanan satwa.

Sangat membantu dalam mengenali satwa.

Namun ingat, pengunjung dilarang memberi makan satwa.

“Sebaiknya jangan, karena tidak semua yang dikasih ke satwa itu baik bagi kesehatan satwa, memberi makan bukan bikin kenyang malah bisa jadi bikin mati,” terang Direktur Perusda TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso.

Selain fauna, Taman Jurug juga mengoleksi berbagai tumbuhan seperti pohon cemara, pinus, munggur  (trembesi),flamboyan, akasia, dan pohon-pohon besar lainnya.

Pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu.

Pasangan Dani (56) dan Yuni (48), bersama dua anaknya berkunjung ke TSTJ, Minggu (1/5/2016) .

Bagi dani, TSTJ merupakan tempat wisata yang mudah dijangkau, relatif murah, dan menarik karena keberagaman flora dan fauna. ”Jalan-jalan di kebun binatang menyenangkan dan bisa menghilangkan stres,” kata guru sekolah dasar itu.

Istrinya, Yuni, menuturkan, di TSTJ dia bisa melihat langsung macan, jerapah, gajah, zebra, dan banyak hewan menarik lainnya. ”Jadi, tidak hanya menonton di televisi. Di sini, kami melihat dan mendengar suara satwa,” ujar Yuni.

“Saya sengaja mengajak anak-anak melihat satwa agar belajar menyayangi makhluk hidup,” imbuhnya.

Beberapa fasilitas penunjang di Taman Satwa Taru Jurug diantaranya  masjid, arena bermain anak, kereta mini untuk mengelilingi Taman Jurug, dan menunggang gajah.

Pada waktu tertentu, pengunjung juga bisa menyaksikan atraksi reog/jaran dor, pertunjukan musik, acara Syawalan dan Festival Gethek yang diselenggarakan setahun sekali.(*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas