Sejarah Kopi Luwak hingga Menjadi Kopi Termahal di Dunia
Tahukah anda bahwa kopi termahal di dunia ada bersama feses dalam usus dari musang kelapa Asia?
Editor: Malvyandie Haryadi
Siapa yang pertama kali berpikir bahwa biji kopi yang tertutup kotoran ini bisa menghasilkan secangkir kopi yang nikmat?
Cerita di balik penemuan Kopi Luwak tak lepas dari sejarah panjang kolonialisme Eropa.
Spanyol, Inggris, Portugal, dan Belanda memperluas jangkauan mereka ke Asia.
Mereka paling sering "menetap" di tanah yang cukup kaya akan sumber daya alam dan lahan pertanian.
Belanda menjadi importir kopi skala besar pertama ketika mereka menemukan benih di Yaman pada abad ke-16.
Pada awal abad ke-17, Belanda mulai menyelundupkan keluar dari Yaman.
Mereka menanam biji kopi di pulau Sumatera dan Jawa yang merupakan daerah jajahannya.
Orang Belanda yang memiliki perkebunan di Indonesia menumbuhkan benih-benih kopi di tanah Indonesia yang kaya, sehingga mereka bisa menjualnya kembali ke negara mereka.
Mereka mempekerjakan banyak warga lokal di perkebunan mereka dengan bayaran yang amat rendah.
Penasaran tentang kehebohan larangan agar tidak memetik buah kopi, juga terlalu miskin untuk membeli sendiri, petani mencari jalan lain untuk mencicipi kopi.
Mereka mulai menyadari bahwa spesies musang tertentu makan buah kopi, tetapi bijinya tak bisa dicerna dan akan tetap berada di kotoran mereka.
Pada waktu itu, beberapa petani pemberani mengumpulkan kotoran, memilah biji kopi, membersihkannya, kemudian diolah untuk dijadikan minuman.
Aroma dan rasanya yang sangat khas, segera menjadi favorit bukan hanya di kalangan petani, tapi juga pemilik perkebunan.
Para ahli kopi berpendapat bahwa alasan biji kopi tersebut menghasilkan kopi yang betul-betul enak adalah karena dua alasan: pilihan luwak dan pencernaan.