Sejarah Kampung Potrojayan di Serengan, Solo, yang Kini Jadi Sentra Pembuatan Blangkon
Berbagai macam blangkon diproduksi di kampung tersebut, yang paling banyak dipesan ialah blangkon Solo dan Yogyakarta.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Bayu Ardi Isnanto
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Kampung Potrojayan, Serengan, Solo dikenal sebagai sentra pembuatan blangkon.
Memasuki kampung tersebut, tampak warga sedang sibuk berkutat dengan kain batik.
Rumah produksi blangkon Kaswanto di kampung Potrojayan, Serengan, Solo, Jawa Tengah. (Tribunsolo.com/Bayu Ardi)
Ternyata kain tersebut akan digunakan sebagai bahan pembuatan blangkon.
Blangkon yang hampir jadi, dijemur di bawah terik matahari.
Ada sekitar 25 rumah di kampung tersebut yang memproduksi blangkon.
Menurut seorang perajin blangkon di Potrojayan, Wardoyo, kakeknya adalah orang pertama yang mengajari warga membuat blangkon.
"Awalnya kakek saya, Mbah Joyo itu setelah pindah dari Baluwarti (kawasan Keraton Kasunanan Surakarta) mengajari warga Potrojayan membuat blangkon, lama-lama semua juga memproduksi," kata Wardoyo di rumah produksi blangkon Kaswanto, Kamis (26/5/2016).
Ketika di Baluwarti, Mbah Joyo hanya membuat blangkon untuk keraton.
Seiring waktu berjalan, pada tahun 1970 Mbah Joyo pindah ke Potrojayan dan memproduksi blangkon untuk semua kalangan.
Suasana rumah produksi blangkon Kaswanto di kampung Potrojayan, Serengan, Solo, Jawa Tengah. (Tribunsolo.com/Bayu Ardi)
Berbagai macam blangkon diproduksi di kampung tersebut, yang paling banyak dipesan ialah blangkon Solo dan Yogyakarta.
"Yang model Solo dan Yogyakarta itu kita selalu nyetok, kalau seperti model Bali, Betawi, Madura, dan daerah lain, kita bikin berdasarkan pesanan," lanjutnya.
Dalam satu hari, di rumah industri blangkon milik Wardoyo paling sedikit dapat memproduksi 75 blangkon.
Omzet Wardoyo dalam satu bulan bisa mencapai Rp 30 juta.(*)