Sejarah Asal-usul Nama Glodok dan Pancoran di Jakarta
Glodok sebagai kawasan pecinan sebenarnya sudah eksis sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi orang Jakarta, nama kawasan Glodok dan Pancoran tersohor sebagai lokasi penjualan alat elektronik.
Selain itu, kawasan yang terletak di Jakarta Barat ini juga terkenal sebagai daerah pecinan Jakarta atau lokasi tempat banyak etnis Tionghoa menetap.
Glodok sebagai kawasan pecinan sebenarnya sudah eksis sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.
Namun, tak disangka, nama Glodok ternyata berasal dari hal yang cukup unik.
"Jadi, dulu itu di depan Balai Kota atau sekarang Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) setiap sore masyarakat mengambil air bersih dari pancuran yang ada di depannya," ujar Adjie, pemandu dari Jakarta Food Adventure, dalam acara Explore Kota Tua & The Taste of Dutch & Betawi Culinary, Minggu (5/6/2016).
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO - Suasana di kawasan Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah), Selasa (4/12/2012). Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan van Hoorn.
Menurut Adjie pula, sumber mata air pancuran tersebut berada cukup jauh, yakni sekitar tiga kilometer dari pancuran dan dialirkan menggunakan pipa.
Lantas, apa hubungannya dengan kawasan Glodok?
"Sumber mata airnya berasal dari semacam kincir kayu yang terus berputar dan saat berputar mengeluarkan suara 'glodok, glodok'. Jadi, orang mulai memanggil tempat sumber mata air itu Glodok. Lalu, ada kawasan Pancoran dekat Glodok, sebenarnya itu berasal dari sebutan pancuran air," cerita Adjie.
Orang zaman dahulu, menurut Adjie, sangat gemar membuat nama tempat dari sebutan atau kondisi saat itu.
"Seperti Jalan Pintu Besar dan Pintu Kecil dulu itu memang Kota Batavia dikelilingi benteng yang ada pintu besar dan pintu kecil untuk lalu lalang," ujar Adjie.
Kompas.com/Silvita Agmasari