Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masjid Ki Buyut Lankay, Masjid Unik yang Kini Jadi Ikon Kota Mojokerto

Keberadaan masjid di Desa Sumber Tebu, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto ini, tak lepas dari sesepuh desa itu, yakni Ki Buyut Lankay.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Masjid Ki Buyut Lankay, Masjid Unik yang Kini Jadi Ikon Kota Mojokerto
Surya/Sudarma Adi
Masjid Jami Ki Buyut Lankay 

TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Bermula dari ketidaksengajaan, arsitektur Masjid Jami Ki Buyut Lankay bermetamorfosis sebagai masjid berbentuk unik dan tak biasa.

Masjid ini punya menara tunggal di tengah dan jadi satu-satunya masjid unik di Pulau Jawa.

Keberadaan masjid yang ada di Dusun Gempang Desa Sumber Tebu, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto ini, tak lepas dari sesepuh desa itu, yakni Ki Buyut Lankay.

Takmir Masjid Jami ini, Sutikno menjelaskan, dulunya wilayah dusun ini masih berupa hutan lebat.

Kemudian pada abad ke-19, masuklah seorang punggawa Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri karena dikejar penjajah Belanda.

Pria yang mbabat alas dusun ini dikenal sebagai Ki Buyut Lankay. "Beliau adalah sesepuh dusun ini. Makamnya saat ini berada tak jauh dari masjid," tuturnya.

Waktu lalu bergeser hingga masuk 1 Juli 1997.

Berita Rekomendasi

Di momen ini, seorang pengusaha pupuk, H Toifin menjadi donatur tunggal pembangunan masjid ini.

Sutikno bertutur, dia adalah salah seorang perancang bangunan masjid itu. Ketika awal dibangun, rancangan masjid sama seperti bangunan masjid lainnya berupa kubah.

Namun, di suatu malam, dia mendapat mimpi dari Ki Buyut Lankay.

Dalam mimpi itu, sesepuh dusun memberi pertanda berupa lingga (lambang kejantanan), atau semacam tugu pada bangunan.

"Kami lalu salat istikharah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Begitu mantap dengan pilihan itu, maka pembangunan masjid kami teruskan dengan memakai ilmu gathuk, atau menggabungkan petunjuk itu dan perubahan rancangan," paparnya.

Maka, jadilah menara itu dibuat menjulang setinggi 50 meter dari atap masjid. Luas menara di tengah masjid adalah 10x10 m.

Ada tiga tingkatan pada menara itu, tiap tingkat diberi tangga.

Pada bagian ujung menara diberi tutup dari bata dengan ventilasi pada sisi-sisinya.

Menara dibuat dari bahan seng yang dilapisi baja, sehingga tak panas.

"Menara di tengah masjid ini melambangkan kedekatan dengan penduduk langit. Menara ini selesai dibangun pada 2000 lalu," terangnya.

Tak berapa lama, bangunan masjid berwarna hijau sedikit demi sedikit tuntas. Saat ini, bangunan seluas 25x25 m pada lahan 40x50 m ini sudah hampir selesai dibangun.

Selain bangunan utama dengan kapasitas 1000an jamaah, ada juga lantai dua yang bisa menampung 1500an jamaah.

Hanya bagian menara yang meski unik, namun belum difungsikan. "Rencananya mau dibuat itikaf jamaah di sekitar masjid ini," tuturnya.

Keunikan bentuk bangunan masjid ini rupanya membuat jamaah dari luar kota lebih tertarik menjalankan salat dan berbondong-bondong ke sana.

Dia mengakui, pengunjung yang datang ke Mojokerto hampir semuanya tertarik dengan keanehan bentuk bangunan ini.

Begitu datang dan salat di sana, jamaah selalu menanyakan keberadaan menara masjid itu.

"Masjid ini juga menjadi ikon di Kabupaten Mojokerto, sehingga sudah empat kali manasik haji selalu dilakukan di sini. Bahkan, ada rencana jamaah tabligh se-Jatim akan digelar di sini," urainya.

Keberadaan masjid ini juga memberi kesan bagi warga di Dusun Gempang ini. Menurut Tarmuji, warga dusun itu, awalnya dia agak heran dengan arsitektur masjid itu.

"Saya asli Gresik tapi tinggal di sini sejak 2009 lalu. Saya memang agak heran, karena bentuknya seperti cerobong pabrik," katanya.

Surya/Sudarma Adi

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas