Kain Tenun Ikat Troso, Kerajinan Khas Kabupaten Jepara yang Mulai Dikenal ke Mancanegara
"Kami bukan yang pertama membuat kain tenun khas Troso namun kami yang memelopori bangkitnya kain Troso dan mengenalkan ke dunia luar."
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNNEWS.COM, JEPARA - Seorang pria paruh baya duduk di kursi di depan alat tenun.
Tangannya sibuk mengecek beberapa komponen alat yang tampak usang lantaran dipakai setiap hari.
Kain Tenun Ikat Troso, Kabupaten Jepara. (Tribun Jateng/Wahyu S)
Harusnya, dia tak sendiri. Karena hari masih pagi, beberapa alat tenun di ruangan yang sama masih sepi tak bertuan.
Pekerjaan menganyam benang menjadi kain tenun ikat di galeri tenun Troso milik Lestari Indah di Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, itu baru ramai sekitar satu jam berikutnya.
Usaha tenun milik Mulyanto tersebut diwarisi dari orangtua, pasangan H Satibi dan Hj Siti Zaetun.
“Bapak dan ibu merintis usaha ini tahun 1960.
Awalnya, mereka hanya membuat sarung tenun dan hanya dijual di sekitar Jepara hingga Solo,” kata Mulyono.
Motif tenun yang saat itu dibuat di antaranya corak lontong, tangga dan cemara.
Namun, permintaan yang bertambah, perajin membuat motif sesuai permintaan atau wilayah edar.
Semisal, membuat kain tenun motif Sumba yang banyak diminati warga di Pulau Bali.
Kain Tenun Ikat Troso, Kabupaten Jepara. (Tribun Jateng/Wahyu S)
Usaha Lestari Indah mengenalkan tenun Troso hingga luar Jepara pun diapresiasi pemerintah.
Meski bukan pelopor tenun, H Satibi menerima penghargaan Upakarti dari Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Upakarti merupakan penghargaan bagi perajin dan pengusaha kecil yang dinilai berjasa dalam pengabdian dan kepeloporannya.