Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warung Pak Bari, Legenda Sate Klatak di Yogyakarta, Mampu Habiskan 10 Ekor Kambing Sehari

Satu porsi sate klathak berisikan dua tusuk sate, dan disajikan dengan kuah gulai yang semakin menambah nikmat menyantap sajian satu ini.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Warung Pak Bari, Legenda Sate Klatak di Yogyakarta, Mampu Habiskan 10 Ekor Kambing Sehari
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Sate klatak 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Malam itu di salah satu sudut pasar Jejeran, yang berada cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya berada di desa Wonokromo, Kecamatan Jetis, kabupaten Bantul masih terlihat ramai.

Beberapa kendaraan roda empat tampak terpakir di jalan yang berada di tengah pasar.


Tongseng kambing.

Sedang di selasar pasar tradisional tersebut tampak cukup banyak orang, meski sudah tidak ada penjual sayur ataupun sembako.

Orang-orang tersebut adalah para pelanggan sate klathak Pak Bari yang rela antri untuk mendapatkan seporsi sate unik ini.

Bagi masyarakat Yogyakarta, sate klathak mungkin sudah banyak yang mengenalnya.

BERITA TERKAIT

Tetapi bagi orang di luar Yogyakarta, mungkin masih sedikit asing, karena sate jenis ini memang khas daerah Jejeran.

Sejatinya sate klathak adalah sate kambing yang dibakar di atas bara api, yang membuatnya unik adalah tusukannya.

Alih-alih menggunakan bambu, sate ini menggunakan jeruji roda sepeda sebagai tusukan sate.

Di kawasan Jejeran memang banyak penjual sate klathak, tetapi salah satu yang paling terkenal adalah milik Sabari dengan warungnya yang terkenal dengan nama Pak Bari.

Dijelaskannya, dirinya adalah generasi ketiga yang berjualan sate klathak.

"Dulu yang pertama kali berjualan sate klathak adalah simbah saya. Kemudian diteruskan olah bapak, kemudian saya," ujarnya.

Sebelum dikenal dengan nama sate klathak, sate jenis ini dikenal dengan nama sate uyah.

Hal tersebut karena sate ini hanya dibumbui menggunakan garam (uyah) sehingga menambah keunikan sate klathak.

Lebih lanjut Pak Bari mengatakan, awalnya penggunaan jeruji roda sepeda sebagai tusuk satenya agar tidak repot membuat tusuk dari bambu.

Tetapi dengan penggunaan jeruji yang terbuat dari besi menghasilkan daging yang matang sempurna hingga ke dalam daging, karena sifat besi yang menghantarkan panas.

Terkait dengan penamaan klathak, baru diberikan saat Pak Bari yang meneruskan usaha kuliner tersebut sejak tahun 1992.

Berawal dari kebiasaan bapak tiga orang anak tersebut mencari biji melinjo untuk dijual sebagai tambahan uang saku di sela-sela membantu berjualan sate.

Saat sedang membakar sate, Pak Bari iseng ikut membakar biji melinjo, dan bagi orang Yogyakarta, isi melinjo juga disebut dengan klathak. Dari situlah ide penamaan sate klathak muncul.

Citarasa sate klathak berbeda dari kebanyakan sate. Meskipun cuma diolah menggunakan garam, tetapi hal tersebut menciptakan rasa yang begitu gurih dan daging kambingnya pun terasa begitu empuk.

Satu porsi sate klathak berisikan dua tusuk sate, dan disajikan dengan kuah gulai yang semakin menambah nikmat menyantap sajian satu ini.

Karena keunikannya ini, warung sate klathak Pak Bari menjadi salah satu lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta.

Dalam film tersebut digambarkan Rangga dan Cinta menikmati kelezatan sate klathak di tempat makan yang begitu sederhana.

"Sejak digunakan sebagai lokasi syuting AADC, pengunjungnya semakin banyak," kata Pak Bari.

Jika sebelumnya dalam sehari menghabiskan dua hingga tiga ekor kambing, setelah muncul di film AADC dalam sehari warung makan ini bisa menghabiskan delapan hingga 10 ekor kambing.

Tidak hanya menyediakan sate klathak, di warung yang setiap harinya buka dari jam 18.30 hingga 02.00 dinihari tersebut juga menyediakan sate bumbu, tongseng, gulai, dan kicik balungan.

Untuk soal harga, sate klathak masih cukup terjangkau.

Dengan Rp.20 ribu anda bisa mendapatkan seporsi sate klathak, lengkap dengan kuah gulai, nasi dan juga minum. Saat ini sebaiknya anda jangan datang terlalu malam untuk memastikan tidak kehabisan olahan sate Pak Bari.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas