Lantunan Zikir Para Pencari Malam Seribu Bulan Terdengar dari Masjid Oman, Banda Aceh
Seperti halnya masjid-masjid lainnya, Masjid Al Makmur atau Masjid Oman juga mempunyai tradisi khusus guna menghidupkan Bulan Ramadan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Serambi Indonesia, Nurdinsyam/ Nurul Hayati
TRIBUNNERS - Seperti halnya masjid-masjid lainnya, Masjid Al Makmur atau Masjid Oman juga mempunyai tradisi khusus guna menghidupkan Bulan Ramadan.
Buka puasa bersama rutin digelar setiap harinya.
Tak kurang dari 200 porsi makanan yang berasal dari sedekah warga setempat maupun dari para jamaah yang datang tersedia setiap harinya.
Makanan yang dimaksud bisa berupa nasi atau pun kanji rumbi (sejenis bubur ayam).
Warga yang datang berbuka puasa di sini sekaligus menjadi jamaah salat magrib.
Mengingat letaknya yang strategis, tak hanya warga di kemukiman setempat yang kemari, tapi juga mereka yang dari kawasan atau bahkan daerah lain.
Salat tarawih digelar setiap malamnya dengan jumlahnya jamaah terkadang melampui kapasitas masjid yaitu 2.000 orang.
Jika datang pada 10 hari terakhir Ramadan, maka pihak panitia menggelar salat malam (qiyamul lail) mulai pukul 3.00 WIB – subuh.
Seperti pemandangan yang terlihat pada paruh Ramadhan, Minggu (26/6/2016) atau malam 21 Ramadhan 1437 H.
Lantunan zikir terdengar seperti lebah, namun terasa teduh menyatu dengan dinginnya hawa dini hari.
Lima puluhan orang tercatat melaksanakan iktikaf.
Sementara totalnya mencapai 300-an orang yang berasal dari seluruh Aceh.
Diawali dengan sambutan singkat dari bendahara Masjid Al Makmur, Bustaman Juned yang menyebutkan jika qiyamul lail itu dilanjutkan dengan makan sahur bareng yang dananya berasal dari sumbangan jamaah.
Tepat pukul 03.15 WIB, Imam Qiyamul Lail yang didatangkan langsung dari Arab Saudi , Syech Annas Abdurrahman Mushaha mengangkat takbir, pertanda dimulainya Qiyamullail.
Sedikitnya tiga ribuan jamaah terlihat khusuk mengikuti sang imam.
Sekitar pukul 04.20 WIB, qiyamullail pun berakhir.
Jamaah i’tikaf yang telah melapor mendapatkan kupon khusus untuk sahur.
Sementara seribuan jamaah lainnya, pria dan wanita secara terpisah mengantri dengan tertib di sayap selatan masjid.
Sejenak usai sahur, fajar pun menyapa dan jamaah pun kembali siap-siap untuk melaksanakan salat subuh.
Perburuan malam kemuliaan atau malam seribu bulan telah dimulai.
“Kami mohon maaf jika ada kekurangan di sana sini,” ujar Ketua Badan Kemakmuran Masjid Agung (BKMA), Ustaz M Jamil.
Tradisi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum muslim.
Sejarah
Masjid Oman kerab menjadi destinasi wisata reliji bagi pelancong muslim.
Masjid Agung Al Makmur, Lampriek -Banda Aceh menyimpan sejarah tersendiri di belakangnya.
Masjid yang menampung sekitar 2.000 jamaah tersebut merupakan hibah dari Sultan Oman, Qabus Bin Said.
Adalah musibah gempa dan tsunami yang meluluh lantakkan Bumi Serambi Mekkah pada Desember 2004 yang membuat Kesultanan Oman tergerak mengulurkan tangan.
Tak tanggung-tanggung, rumah Allah bergaya Timur Tengah itu menelan biaya hingga Rp 17 miliar.
Lantai dalam masjid dilapisi permadani dan dindingnya dihiasi dengan kaligrafi ayat Al Quran dan lainnya.
Menariknya lagi masjid ini dibangun memenuhi persyaratan respon gender di mana disiapkan kamar berwudhu dan bersuci khusus untuk kaum perempuan dan juga penyediaan tangga naik bagi penyandang cacat.
Saat ini rumah ibadah tersebut sedang dalam proses perluasan.
Dirancang ala masjid di Timur Tengah yang memiliki 2 menara dan 1 kubah.
Merujuk asal muasal sang penghibah, Sultan Oman.