Dari Puncak Menara Ini Putri Raja Nekat Lompat ke Laut Kaspia Menemui Kekasihnya
Terletak di bibir pantai Kaspia di ibukota Azerbaijan, Baku, menara ini terbuat dari batu pantai Kaspia, menara berbentuk silinder, setinggi 31 meter
Penulis: Husein Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com dari Azerbaijan: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BAKU - Namanya Maiden Tower. Ini adalah salah satu ikon Azerbaijan yang memiliki nilai sejarah sangat berharga dan ada banyak mitos tentang menara tersebut.
Terletak di bibir pantai Kaspia di ibukota Azerbaijan, Baku, menara ini terbuat dari batu pantai Kaspia, menara berbentuk silinder, setinggi 31 meter, sembilan lantai dengan ketebalan dindingnya lima meter.
Hingga saat ini sejarawan masih berdebat tentang kapan kepastian menara ini dibangun. Versi tertuanya, menara ini dibangun dua tahap pada abad ke-4 dan abad ke-6. Namun ada pula yang memperkirakan menara ini dibangun pada abad ke-12. Artinya usia menara ini lebih tua dari Candi Borobudur.
Mitos yang berkembang di kalangan orang Azerbaijan juga ada beragam versi. Ada yang mengatakan bahwa menara itu adalah kuil kaum penyembah api (Zoroaster). Di menara itulah api pada zaman dahulu kala dihidupkan lalu disembah.
Mitos asmara percintaan juga berkembang dari Menara Maiden. Dikisahkan dahulu kala seorang putri raja yang cantik jelita jatuh cinta dengan seorang nelayan yang hampir setiap malam dilihatnya dari atas menara.
Sang putri yang merasa cintanya tidak akan direstui orang tuanya karena menyukai seorang nelayan, maka sang putri pun nekat melompat dari atas menara menuju pantai Kaspia yang menemui sang pujaan hati. Dari kisah ini menara tersebut juga dijuluki menara Anahida.
Mitos rasional menolak dua anggapan tersebut dengan menyatakan bahwa menara itu dibangun sebagai benteng pertahanan kerajaan untuk mengetahui kedatangan musuh dari ketinggian. Jika musuh datang, maka penjaga menara akan membunyikan semacam alarm untuk waspada terhadap serangan musuh.
Saat kunjungan Tribunnews.com ke Menara Maiden, Kamis (17/11/2016), bersama dengan seorang peneliti Guru Besar IAIN Surakarta, Prof Budi Usman Abu Bakar, menyatakan ketertarikannya untuk meneliti teknologi kuno pembangunan menara yang dibangun tanpa ada satupun cor-coran.
"Ini sangat penting diketahui mengapa menara ini bisa berdiri kokoh tanpa ada cor-coran atau rangka besinya. Ini menunjukkan peradaban manusia di masa lalu sudah sangat canggih yang perlu kita dalami," kata Usman Abu Bakar.