Wisata Murah dan Seru di Kampung Tridi, Kampong Glam-nya Singapura di Malang
Anda bisa datang ke Kampung Tridi (3D) atau tiga dimensi di Kota Malang, Jawa Timur. Di sini memberikan banyak spot menarik untuk selfie atau wefie.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, A Prianggoro
TRIBUNJATENG, MALANG - Ingin foto selfie atau wefie berlatar belakang tembok Cina atau berada di area hutan yang masih ada hewan buasnya? Anda bisa datang ke Kampung Tridi (3D) atau tiga dimensi di Kota Malang, Jawa Timur.
Lokasi tepatnya berada di Kampung Tumenggungan Ledok, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Ratusan rumah yang berada di sebelah utara Sungai Brantas itu dicat gambar tiga dimensi, mulai fasad, samping, dan hingga ruang tamunya. Sementara atapnya dicat warna-warni.
Lokasi Kampung Tridi ini berseberangan dengan Kampung Warna-warni , yang lebih duluan nge-hits sebagai tempat selfie para wisatawan.
Penulis menyempatkan mengunjungi Kampung Tridi akhir Januari 2017 lalu. Lukisan yang memenuhi dinding-dinding rumah yang terdapat banyak gang sempit di sana mengingatkan penulis akan kawasan Haji Lane di Kampong Glam, Bugis, Singapura.
Karya seni mural di Kampung Tridi tak kalah dibandingkan yang berada di Haji Lane. Hanya saja, Kampung Tridi masih belum ada deretan kafe-kafe untuk tempat nongkrong seperti di Haji Lane.
Setiap harinya, ratusan pengunjung yang ingin berfoto selfie maupun wefie atau sekadar ingin berjalan-jalan datang ke Kampung Tridi.
"Seru juga, wisata murah meriah. Bisa narsis di rumah-rumah warga yang terdapat gambar tiga dimensinya. Hampir semua warganya welcome dan ramah," ujar pengunjung Dina (29) saat ditemui Tribun Jateng di Kampung Tridi akhir Januari 2017.
Untuk ke ke Kampung Tridi pengunjung cukup mengeluarkan uang Rp 2 ribu. Sekelompok pemuda yang berjaga di mulut gang akan menyambut pengunjung dengan ramah.
Mereka akan memberikan sebuah gantungan kunci yang biasanya bertuliskan "Kampung Tridi" sebagai ganti dari tiket sebesar Rp 2 ribu tersebut. Jika datang mengendarai sepeda motor, pengunjung membayar Rp 5 ribu untuk dua orang termasuk biaya parkir.
Menyusuri gang selebar sekitar dua meter, pengunjung akan banyak mendapatkan spot untuk foto selfie. Tak hanya sekadar di dinding luar rumah, pengunjung bahkan diperbolehkan masuk ke teras rumah warga yang telah dipenuhi lukisan tiga dimensi.
Gambarnya mulai beragam hewan, di antaranya hiu, ular, dan lainnya serta pemandangan alam. Tokoh-tokoh dalam film kartun pun bisa dijumpai di sejumlah rumah warga.
"Gambar-gambar tiga dimensi di Kampung Tridi ada lima konsep. Yaitu bertema anak-anak, budaya, olahraga, remaja, dan alam," kata Edi Supriyanto (34), satu dari sekian pemuda penggagas Kampung Tridi.
Pemuda yang akrab dipanggil Edi Gimbal itu menceritakan, ide pembuatan Kampung Tridi bermula ketika warga bareng-bareng mengecat gapura pada Agustus 2016 lalu. Saat itu, para pemuda kampung memakai sisa cat untuk menggambar seekor ikan hiu dan monyet di gapura.
"Ternyata hasilnya bagus lalu warga bersepakat menghiasi dinding-dinding rumahnya dengan lukisan tiga dimensi. Tentu saja kami awalnya patungan dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Dari beli tiner dan cat satu liter kemudian terus berlanjut," kata Edi yang kesehariannya menjalankan usaha jasa pengecatan air brush kendaraan itu.
Edi menyebut ada 180-200 gambar tiga dimensi di Kampung Tridi. Kampung yang terletak di tepi Sungai Brantas itu sendiri terdapat sekitar 300 unit rumah. Gambar-gambar tiga dimensi itu sendiri dilukis oleh para pemuda kampung setempat.
"Dulu banyak pemuda nganggur, tapi kemudian mereka belajar melukis dan akhirnya bisa serta punya keahlian menggambar di dinding. Jadi gambar-gambar di kampung ini dilukis oleh para pemuda dari sini juga," terang Edi.
Ketua Paguyuban Kampung Tridi, Imam santoso (45), menuturkan kreativitas warga kampung setempat menciptakan satu destinasi wisata dari lukisan tiga dimensi mampu mengangkat perekonomian warga.
Dulu banyak pemuda yang mengganggur dan setelah kampungnya jadi destinasi wisata ada yang bekerja sebagai juru parkir. Pengelolaan parkir dilakukan secara bersama dan bagi hasil.
Sementara kaum ibu-ibu mendapatkan lapangan pekerjaan baru yaitu mereka membuat kerajinan suvenir yang dijual kepada para pengunjung.
Ada banyak warga pula yang membuka bisnis warung-warung di rumahnya masing-masing untuk melayani wisatawan yang berkunjung.
"Kampung Tridi terdapat di RW 12 Kampung Temengunggan yang terdiri atas empat RT. Tidak ada unsur paksaan kepada warga untuk menggambar dinding-dinding rumahnya. Semuanya atas kesadaran sendiri," kata Imam.
Kunjungan wisatawan rata-rata pada hari biasa 100 orang dan akhir pekan atau hari libur bisa mencapai 600 orang. Biasanya para pengunjung datang mulai pukul 08.00 hingga pukul 19.00.
Pihak pengelola paguyuban Kampung Tridi tidak menerapkan aturan yang kaku soal jam aturan berkunjung wisatawan.
Warga setempat, Cisa Anugerah (38), mengatakan bila kedatangan ratusan pengujung setiap harinya memang sedikit banyak membawa perubahan.
"Yang biasanya bisa tidur siang nyenyak pada hari libur atau Minggu, kini sudah tidak bisa lagi. Tetapi ya tidak jadi soal, saya dan warga di sini menikmati kunjungan wisatawan. Yang penting warga tetap guyub," kata Cisa serasa menambahkan bila dirinya sudah merelakan teras rumahnya dijadikan ajang selfie maupun wefie para pengunjung.
Kampung Warna-warni
Di seberang Kampung Tridi atau di sebelah selatan Sungai Brantas terdapat Kampung Warna-warni. Kampung ini hampir mirip dengan Kampung Tridi.
Bedanya, Kampung Warna-warni tidak terdapat banyak lukisan namun sekadar rumah-rumah yang dicat beragam warna.
Penduduk setempat lalu menghiasi gang-gang atau lorong-lorong kampung dengan berbagai ornamen, mulai payung, lampion, dan lainnya.
Kampung Warna-warni atau ada pula yang menyebut Kampung Wisata Jodipan terdapat di RW 2 (RT 6, RT 7, dan RT 9) Kelurahan Jodipan, Kota Malang. Pengunjung yang masuk ke kampung ini dipungut biaya Rp 2 ribu dan diberi cendera mata berupa stiker.
"Ada sekitar 100 rumah yang dicat beragam warna. Pengunjungnya ratusan orang tiap hari, bahkan kalau akhir pekan bisa mencapai 500 orang - 700 orang," kata Ketua Paguyuban Kampung Warna-warni, Marzuki.
Spot-spot untuk foto narsis mudah ditemui di Kampung Warna-warni. Mulai dari lorong gang yang dipenuhi lampion dan payung hingga lukisan-lukisan dua dimensi di tembok-tembok rumah warga.