Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Catatan Dari ‘Festival Tulude’ Maju dan Menjadi Bangsa Pemenang

Alam Indonesia dengan keberagaman biodiversitasnya memiliki potensi tak ternilai dalam sektor kepariwisataan.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Catatan Dari ‘Festival Tulude’ Maju dan Menjadi Bangsa Pemenang
ist
persiapan Festival Tulude 

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Alam Indonesia dengan keberagaman biodiversitasnya memiliki potensi tak ternilai dalam sektor kepariwisataan.

Termasuk potensi kebahariannya (kelautan). Laut; pantai yang indah dengan deretan pasir lembut dan angin yang segar, merupakan aset tersendiri bagi suatu daerah untuk dapat dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Jika diolah secara baik, maka laut dan pantai itu bisa menjadi suatu aset yang menguntungkan.

Seperti kawasan pesisir Pantai Bahu, kecamatan Malalayang, propinsi Sulawesi Utara, merupakan salah satu aset dan potensi pariwisata yang patut dikembangkan. Di pelabuhan kecil ini, secara rutin setiap tahun digelar acara ‘Festival Tulude’ yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kotamadya Manado. Belum lama ini ‘Festival Tulude’ diselengarakan selama 3 hari, dimulai dari tgl 31 Januari – 3 Februari 2017.

‘Festival Tulude’ adalah sebuah gelaran acara budaya; pesta adat, yang dapat disejajarkan dengan ritus ‘Meruwat Alam’ di pulau Bali. Atau ritus memotong Nasi Tumpeng di Jawa (Jogyakarta). Hakekat ‘Tulude’ dalam konteks kekinian secara umum dapat digambarkan sebagai tradisi pengucapan rasa syukur (thank giving).

‘Festival Tulude’ diwarnai dengan berbagai kegiatan yang melibatkan banyak warga setempat. Dari mulai acara lomba perahu hias, membawa ‘Tamo’ berlayar ke tengah laut (Tamo adalah makanan khas, sejenis kue berbentuk kerucut menyerupai tumpeng), acara kuliner dengan berbagai hasil tangkapan ikan laut, hingga acara hiburan musik, tari, dan pesta adat setempat.

Satu hal menarik, adalah kekerabatan di balik kemeriahan festival. Salah satunya berbagi ilmu tentang menghias perahu nelayan. “Para nelayan kami ajari bagaimana mendekor perahunya. Hal ini menjadi anjang menarik buat para turis. Di kota Manado ada 80 titik kampung nelayan dengan ribuan nelayan.

Dapat dibayangkan betapa indahnya ratusan perahu nelayan yang telah didekor berada di atas lautan. Fenomena ini bisa dijadikan obyek wisata fotografi menarik,” papar Aidil Usman, seorang Artistic Director asal Jakarta, yang sengaja datang di acara ‘Festival Tulude.’

Aidil Usman memberikan pelatihan, bagaimana menggunakan bahan daur ulang untuk mendekor perahu, sebelum perahu tersebut digunakan untuk mengantar Tamo ke tengah laut. Dari usaha pembelajaran bersama ini, kata Aidil, proses kreatifnya dapat menjadi komoditas pariwisata menarik dan berbeda dari yang lain.

“Lebih menarik lagi, para nelayan mampu memberi suguhan musik dan makan ikan bakar segar bersama turis di setiap Daseng (saung atau gubuk tempat mereka istirahat). Secara alami turis dapat berdekatan secara langsung dengan nelayan. Menikmati masakan ikan bakar hasil tangkapan nelayan yang fresh serta dihibur musik,” ujar Aidil.

Anna Soebari, salah seorang pemerhati budaya dan pariwisata, yang turut hadir di acara tersebut, menyampaikan, Manado harus memiliki acara yang khas dan berbeda dari kota lain.

“Kota Manado banyak laut. Selain pantai Bahu Malalayang ini, ada juga Bunaken yang terkenal indahnya di manca negara. Kami berharap Pemerintah kota Manado mampu melirik peluang ini,” ujar mantan Wartawan ini.

Jatidiri Sebagai Bangsa Bahari

Menurut Anna, momentum ini harus menjadi motivasi bagi kita untuk menjaga, merawat, serta memanfaatkan sumber daya alam kelautan kita dengan baik. “Juga momentum bersama untuk kembali pada jati diri kita sebagai bangsa bahari, mengembalikan kembali budaya bahari ke tengah kita,” pungkasnya.

Mengutip himbauan Presiden Jokowi, papar Anna, potensi laut tak hanya sumber kehidupan dan masa depan bangsa, namun juga pemersatu bangsa.

“Seperti kata Presiden Jokowi, laut adalah masa depan kita bersama. Ayo kita kembali ke laut, kembali ke selat dan kembali ke samudera. Jadikan laut sebagai tempat menaruh harapan menuju Indonesia sebagai bangsa bahari, bangsa yang maju dan menjadi bangsa pemenang,” kata Anna.

Secara geografis Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, dengan luas wilayah daratan 15.726 hektare. Manado juga merupakan kota pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan.

Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau Manado Tua.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas