Terumbu Karang Raja Ampat Rusak karena Kapal Pesiar Caledonia Sky, Ini Reaksi Komisi X DPR
“Seharusnya kapal sebesar itu tidak boleh masuk ke Raja Ampat. Pemerintah perlu membuat peraturan yang tegas tentang ini."
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR Irine Yusiana Roba Putri menyatakan banyak pelaku pariwisata dan penyelam dari dalam maupun luar negeri kaget mendengar kerusakan terumbu karang di Raja Ampat (4/3/2017).
Gugusan terumbu karang tersebut rusak akibat kapal pesiar Caledonia Sky yang nekat berlayar di perairan tersebut dan kandas.
Menurut Irine, selain pihak operator kapal, kerusakan terumbu karang disana juga juga karena kesalahan pemerintah.
“Seharusnya kapal sebesar itu tidak boleh masuk ke Raja Ampat. Pemerintah perlu membuat peraturan yang tegas tentang ini. Hal ini sudah lama menjadi wacana, tapi belum juga terwujud,” kata Irine melalui pesan singkat, Selasa (14/3/2017).
Irine mempertanyakan status Raja Ampat apakah menjadi tempat wisata umum atau minat khusus. Jika mau menjadi wisata lingkungan dengan selam sebagai andalannya, kapal pesiar jelas tidak boleh masuk.
"Jika mau menjadi wisata umum, harus ada zonasi lagi, daerah mana untuk selam, jet ski, kapal pesiar, dan sebagainya. Tidak bisa seperti ini," kata Irine.
Irinw menuturkan kebijakan tersebut bukan hanya wilayah Kementerian Pariwisata. Tetapi, harus ada koordinasi dengan kementerian lain dan pemerintah daerah.
"Bila Raja Ampat yang sangat terkenal dan dibanggakan Presiden Joko Widodo saja bisa seperti itu, bagaimana dengan tempat wisata lain?" kata Irine.
Politikus PDIP itu mencontohkan masih terjadinya praktik bom ikan di Laboan Bajo, yang kata warga setempat pelakunya dari luar Pulau Komodo.
Hal itu memang wewenang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bukan wilayah Kementerian Pariwisata.
"Tetapi dampaknya besar bagi wisata. Banyak wisatawan yang mengeluh ke saya, Untuk apa kami membayar mahal ke sini jika lokasinya masih dibom oleh nelayan?" kata Irine.
Irine mengingatkan wisatawan asing itu datang menyumbang devisa, dibanggakan sebagai sebuah pencapaian, tapi di lapangan, mereka tidak mendapat layanan yang memadai.
"Wisatawan bahari adalah orang-orang yang sangat peka dengan isu lingkungan," kata Irine.