Keunikan Pulau Strategis Menyusun Strategi Perang Pasifik hingga Pembebasan Irian Jaya
Lokasinya yang strategis membuat Pulau Morotai menjadi incaran sejumlah negara menjadikannya sebagai basis militer.
TRIBUNNEWS.COM - Pada masa lampau, Morotai punya daya tarik tersendiri bagi sejumlah negara. Lokasinya yang strategis membuat Pulau Morotai menjadi incaran sejumlah negara menjadikannya sebagai basis militer.
Morotai identik dengan Perang Dunia (World War), terutama Perang Dunia ke-2. Bangsa Jepang kali pertama menggunakan Morotai sebagai pangkalan militer wilayah kekuasaan Asia Pasifik, demikian pula dengan pasukan Sekutu Amerika Serikat.
“Lokasinya yang strategis membuat Kepulauan Morotai jadi pilihan tepat untuk membuat benteng pertahanan. Berbagai strategi dan taktik menguasai pulau ini menjadi penting,” tukas Azis Momanda, pemerhati sejarah dari Ternate.
Sang panglima perang Amerika Serikat, Jenderal Douglas Mac Arthur pun memilih Morotai sebagai basis sekaligus lokasi strategis dalam memenangkan pertempuran Perang Dunia ke-2 di kawasan Asia Pasfik.
Terakhir, Indonesia yang kala memperjuangkan sekaligus merebut kembali Irian Jaya ke pangkuan Ibu Pertiwi, Morotai dijadikan sebagai pangkalan militer yang strategis.
Berbagai kisah heroik hadir dari pulau ini. Mulai dari Mac Atrthur hingga Teruo Nakamura bahkan Herlina Kasim, si Pending Emas pejuang pembebasan Irian Jaya. Berbagai saksi bisu berupa infrastruktur hingga alat perang serta pendukungnya juga memenuhi area Morotai.
Bisa ditebak, banyak sekali peninggalan berupa artefak perang di kawasan ini, baik di darat maupun di lautan. Artefak kecil hingga besar masih bisa ditemui dan menjadi saksi bisu dahsyatnya Perang Dunia ke-2.
Sahabat Petualang pun merasakan pengalaman mencari “harta karun” (treasure hunt experience) di kawasan Hutan Amerika di Desa Daruba, Morotai.
Menariknya, ada komunitas masyarakat lokal pencari harta karun peninggalan Perang Dunia ke-2 dan masih mengunakan alat tradisional berupa tongkat metal sepanjang 1 meter dan linggis untuk menggali.
“Tinggalan Perang Dunia ke-2 masih banyak tersebar di kawasan ini. Tinggalan seperti botol, dogtag, koin, hingga perlengkapan tempur masih ditemukan. Hanya saja yang berkaitan dengan amunisi lawas tidak boleh sembarang dalam melakukan penggalian,” tukas Muchlis Eso, pemilik museum mini partikelir Perang Dunia ke-2.
Hasil pencariannya dikumpulkan dalam sebuah museum mungil di Morotai. Pernak pernik alat dan kelengkapan perang ada di sini.
Sebut saja peluru, botol-botol, keramik, helm baja hingga sepeda masa kependuduk Jepang. Koleksi inipun bisa diakses publik dan dipungut sukarela.
Museum pun tidak absen dibangun pemerintah daerah dan pusat. Bahkan bakal diperbarui dengan central museum, Perang Dunia ke-2 dan Trikora rencananya bakal diresmikan dan kelola oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia.