Terminal 4 Changi Akan Suguhkan Beragam Karya Seni, Mulai Tradisional hingga Multimedia
Penumpang akan dihibur oleh berbagai karya seni tradisional, seperti patung-patung, maupun instalasi kinetik dan multimedia.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Terminal 4 Bandara Changi Singapura akan dibuka sebelum pergantian tahun ini.
Nantinya, penumpang yang bepergian melalui dan mengunjungi Terminal 4 (T4) Bandara Changi akan dapat menikmati pengalaman visual imersif dan teatrikal dengan karya seni dan hiburan yang dikurasi secara khusus oleh seniman lokal dan internasional.
Berlokasi di titik-titik strategis di sepanjang terminal, koleksi yang ada menggambarkan tema dari T4 yang bersemangat, ceria dan mengejutkan secara positif serta akan diapresiasi oleh para penumpang yang mencari sesuatu yang lebih dari sebuah bandara.
Dalam keterangan yang diterima Tribunnews, penumpang Changi nantinya akan dihibur oleh berbagai karya seni tradisional, seperti patung-patung, maupun instalasi kinetik dan multimedia sebagai selingan berwarna dari hiruk-pikuk perjalanan.
Karya seni yang bergerak
Di tengah T4 terdapat karya seni kinetik berskala besar, Petalclouds, yang membentang 200 meter di Central Galleria, memisahkan area umum dan transit.
Petalclouds, terlihat dari hampir seluruh terminal, akan membuat seseorang terpukau dengan gerakannya yang anggun mengiringi musik klasik karya komposer pemenang penghargaan BAFTA, Ólafur Arnalds.
Karya seni kinetik unik ini mengombinasikan seni dengan teknologi untuk menciptakan koreografi harmonis dan kolektif dari enam ‘petal cloud’ yang persis sama, menghasilkan bentuk menakjubkan dan berkelanjutan, pencahayaan animasi dan refleksi.
Untuk pertama kalinya di Bandara Changi, T4 memberikan kesempatan untuk menunjukkan budaya dan cita rasa lokal Singapura secara permanen kepada penumpang internasional.
Heritage Zone di area transit memberikan sekilas evolusi dari asitektur rumah toko di tahun 1880-an sampai 1950-an, termasuk budaya Peranakan yang kaya dan penuh warna yang sering terlihat di area Katong dan Chinatown.
Penumpang juga dapat menikmati pertunjukan khusus yang ditampilkan di fasad Peranakan.
Layar LED berukuran 10m x 6m mengubah dua rumah toko menjadi panggun teater digital, menampilkan pertunjukan mini-teater budaya berdurasi enam-menit, Peranakan Love Story.
Musikal tanpa percakapan yang menceritakan kisah romantis yang tidak mungkin terjadi antara dua musisi bertetangga yang tinggal bersebelahan, dengan setting Singapura di tahun 1930-an.
Sebuah kolaborasi antara komposer terkenal Singapura dan seniman Dick Lee, pertunjukan ini juga menampilkan talenta lokal termasuk Adrian Pang, Koh Chieng Mun, Amy Cheng dan Benjamin Kheng.
Selain penglihatan dan suara, Heritage Zone juga melengkapi pengalaman multi-sensori dari budaya lokal yang ditunjukkan melalui rasa dan penciuman dengan integrasi dari gerai ritel dan makanan merek lokal seperti Bee Cheng Hiang, Bengawan Solo, Curry Times, Eu Yan Sang, dan Heavenly Wang.
Selain Peranakan Love Story, penumpang juga dapat menikmati pengalaman imersif dari lokasi yang tak terduga – area sentralisasi keamanan setelah imigrasi.
Immersive Wall berukuran 70m x 5m menunjukkan gambaran menakjubkan kaki langit Singapura, bangunan bersejarah ASEAN, maupun klip animasi lucu mengenai bagasi yang diperiksa sebelum penerbangan.