TRIBUNNEWS.COM - Gua Maria Sendang Padang Bulan di  Kelurahan Fajar Esuk, Kabupaten Pringsewu, Lampung, menyerupai Gua Massabielle, tempat penampakan Bunda Maria di hadapan Santa Bernadette, di Kota Lourdes, Perancis.

Lokasi gua yang memiliki julukan Maria Perempuan Untuk Semua Manusia ini sering dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Terutama umat Katolik.

Padang Bulan dalam bahasa Jawa yang berarti terang bulan. Ia merupakan nama sebuah desa berbukit di wilayah Kelurahan Fajar Esuk.

Dalam struktur gereja, Padang Bulan termasuk di dalam wilayah Paroki Santo Yusuf, Pringsewu. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari Pringsewu. Suasananya masih alami.

Pepohonan besar dipertahankan di sekitar areal Goa Maria, sehingga kawasan menjadi jauh dari polusi udara dan kebisingan jalan raya.

Di sekitarnya masih banyak sawah-sawah yang produktif, sehingga menambah keasrian pemandangan nan hijau.

Berdasarkan sejarah yang ditulis oleh Uskup Tanjung Karang, Mgr Andreas Henrisoesanta, tempat didirikannya Gua Maria Sendang Padang Bulan, pada mulanya adalah tempat persembunyian para imam dan masyarakat sekitar.

Sebab, di tahun 1942, tentara Jepang menduduki Indonesia. Termasuk di wilayah Lampung.

Saat Jepang menyerah dari sekutu, tentara Belanda juga ingin kembali berkuasa di Indonesia melalui agresi militer di tahun 1948. Tempat itu kemudian jadi lokasi para gerilyawan untuk menyusun siasat.

Pada masa itu, air sebagai kebutuhan vital sangat sulit didapat. Namun di lokasi gua ada sebuah mata air atau sendang yang tidak pernah kering.

Akhirnya, dibangunlah Gua Maria Sendang Padang Bulan di lokasi tersebut, yang diresmikan pada 19 Agustuss 1949.

Arti dari nama tempat ziarah ini sendiri adalah sumber air hidup yang diberkati oleh Sang Cahaya, yakni Kristus Penebus Dunia.

Suasana Gua Maria sangat mendukung bagi para peziarah yang ingin mencari ketenangan batin di dalam doa. Sebab, lokasinya berada di lembah perbukitan.