Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Destinasi Digital dan Nomadic Tourism Jadi Program Prioritas

Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata I yang digelar di Bali, 22-23 Maret 2018 bakal membahas destinasi digital dan nomadic tourism.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Destinasi Digital dan Nomadic Tourism Jadi Program Prioritas
ist
Menpar Arief Yahya secara resmi membuka Rapat Kerja Teknis Pra Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2018. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata I yang digelar di Bali, 22-23 Maret 2018 bakal membahas destinasi digital dan nomadic tourism.

Dua tema itu jadi program prioritas Kementerian Pariwisata. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, dua hal ini bukan hanya menjadi solusi sementara, tapi untuk selamanya.

"Saya selalu mengajarkan, hasil luar biasa pasti caranya tidak biasa. Yang biasa kita lakukan, seberhasil-berhasilnya yang biasa itu kemungkinan kita mengalahkan Thailand, susah. Bisa jadi follower," kata Menpar Arief Yahya, Selasa (20/3).

Menpar Arief Yahya memperkirakan, dua-duanya akan meledak. Dijelaskanya, destinasi digital adalah destinasi yang ketika ada yang merancangnya. Si perancang memikirkan indahnya tampilan destinasi di kamera.

"Apakah ini akan berpengaruh mendatangkan orang luar? Buktinya setiap kita buat destinasi digital, ribuan orang datang ke sana. Mereka ini (GenPI) hebat. Karena telah memenuhi kebutan para netizen. Mereka ingin selfie, instagramable," puji Menpar Arief Yahya.

Saking hebatnya, Professor Renald Khasali bahkan ikut menulis soal destinasi digital. Kebutuhan seperti ini adalah kebutuhan untuk diakui. Tidak hanya terjadi di anak muda, tapi juga orang tua.

"Kalau ini meledak di anak muda dan Indonesia, maka akan meledak juga di dunia," tambah Menpar Arief Yahya.

Berita Rekomendasi

Pria asal Banyuwangi ini pun optimis target 100 destinasi digital akan tercapai tahun ini. Sebab, untuk menciptakan satu destinasi digital tidak membutuhkan anggaran yang sangat besar.

"Kalau enggak terjadi, kita gagal. Mereka saya tanya, biayanya berapa bikin ini? Ternyata hanya Rp200 juta. Saya hitung-hitung, berarti saya butuh Rp20 miliar untuk membangun 100 pasar. Ketika saya sudah tidak jadi menteri, harus bisa berdiri sendiri," jelasnya.

Menpar juga menjelaskan cara membuat destinasi digital, dan apa saja yang harus disiapkan. Menurutnya, yang terpenting semuanya bisa memiliki andil.

"Pemerintah daerah atau swasta bisa menyediakan lahannya. Minimal tidak akan terganggu selama setahun. Nanti orang-orang tinggal isi. Apakah mau urunan tanah, makanannya, dan sebagainya. Di nomadic tourism juga akan kita buatkan seperti itu," paparnya.

Menpar Arief Yahya berharap, apa yang dilakukan GenPI ini berhasil. Apalagi, destinasi digital ini memberikan income bagi GenPI dan masyarakat sekitar.


"Dapat uang dari mana? Paling banyak kuliner. 20 persen ke GenPI, 80 persen untuk pedagang, tapi yang parkirnya sepenuhnya untuk karang taruna. Destinasi digital harus ada wifi. Orang yang menggunakannya bayar Rp1.000. Hasilnya banyak karena yang datang ribuan," tutur Menpar Arief Yahya.

Dia mengungkapkan, destinasi digital ini sudah mulai dilirik industri. Tidak sedikit yang ingin melakukan co-branding. Bahkan situs pegipegi.com sudah mengajukan kerjasama dengan destinasi-destinasi digital milik GenPI ini.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas