Desa Penglipuran Bali Sudah Diakui Dunia Sebagai Desa Wisata Terbaik Dunia kata Arief Yahya
Tak hanya Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Executive Director UNWTO (Wolrd Tourism Organization) Shanzhong Zhu saja yang dibuat terpana dengan Desa
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Tak hanya Menteri Pariwisata, Arief Yahya dan Executive Director UNWTO (Wolrd Tourism Organization) Shanzhong Zhu saja yang dibuat terpana dengan Desa Penglipuran di Bali. Rombongan Famtrip Sabah-Sarawak pun dibuat jatuh cinta oleh Penglipuran.
Desa Wisata yang satu ini memang unik. Keren. Bersih. Artistik. Di 2016 silam, Desa ini masuk ke dalam kelompok desa-desa terbaik dunia. Namanya sejajar dengan Desa Giethoorn di Belanda serta Mawlynnong di India.
Pengakuan dunia ini diulas dalam situ boombastis.com. Dari mulai kebersihan hingga keharmonisan masyarakatnya, Penglipuran dianggap sangat fantastis. Budaya dan hubungan kekerabatan, kekeluargaan, antar-anggota masyarakat di desa itu fantastis, khas Indonesia yang hidup rukun, damai, saling hormat dan penuh toleransi.
“Soal desa wisata, Desa Penglipuran, Bali, tempatnya. Ini sudah diakui dunia sebagai desa wisata terbaik dunia," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kamis (29/3).
Kesederhanaan dalam kebersamaan ini memang menjadi daya tarik yang diminati rombongan Famtrip Sabah-Sarawak, Malaysia. Semuanya kompak mengeksplorasi. Kompak mendokumentasikan. Semuanya dibuat terkesima dengan pertamanan dan gerbangnya yang seragam.
Semua dibuat jatuh cinta dengan arsitektur Bali yang terlihat jelas di semua sudut desa yang juga pernah dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia itu.
“Destinasinya memang sangat unik. Kehidupan masyarakat, pola komunikasi, mempertahankan tradisi dan budaya lokal, termasuk dalam urusan sosial, komitmen untuk kebersihan bersama, keamanan dan kenyamanan bersama sangat kental dengan nuansa Bali," tuturnya.
Menteri asal Banyuwangi itu memang tak asal bicara. Suasana asri menyambut siapa pun yang berkunjung ke Desa Penglipuran.
Rapinya desa ini sudah terlihat sejak di pintu masuk begitu melewati Candi Bentar, pintu gerbang kawasan atau perkampungan khas Bali. Tanaman perindang di kanan kiri jalan tertata rapi.
Suasanyanya hijau dan asri. Udara sejuk berkisar 20 derajat celcius, juga ikut membungkus desa yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut itu.
Kondisi lebih tertata terlihat setelah masuk kawasan pemukiman desa. Ada tempat parkir dengan paving, wantilan atau aula pertemuan terbuka tanpa dinding, hingga taman-taman di depan rumah.
Tempat sampah tidak hanya untuk dua jenis, tapi sampai lima jenis. Ada yang untuk sampah organik, anorganik, plastik, sampah lain, hingga bahan berbahaya yang berada di salah satu pojokan halaman.
Uniknya, kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil tidak boleh masuk jalan utama di tengah desa. Mereka harus memutar di jalan raya yang mengelilingi desa tersebut.
Karena itulah desa ini juga terjaga dari polusi suara ataupun udara kendaraan bermotor. Agen-agen pariwisata di Bali pun terbius dengan sejumlah pesona tadi.
“Banyak spot keren yang bisa jadi latar belakang foto-foto. Bagus sebagai kenang-kenangan. Ini bukti bahwa saya sudah pernah jalan-jalan ke salah satu desa paling bersih di dunia,” timpal Ho Jit Cun, Director Kuching Holidays & Car Rental Sdn Bhd.
Geser sedikit, ada hutan bambu ala Jepang yang bisa ditemukan di Penglipuran. Spot selfienya dijamin keren. Tak kalah dari Arashiyama di Kyoto, Jepang.
“Nature, culture dan spot selfie menyatu jadi satu. Terimakasih untuk Kementerian Pariwisata, KJRI Kuching dan KJRI Sabah yang sudah mengajak kami berpetualang ke desa wisata terbaik di dunia,” ujar Abraham Rajakariar Krishman, jurnalis Utusan Borneo.