Desember, Saatnya Menikmati Salju Yang Tak Biasa di Negeri China
Bulan Desember adalah bulan ketika salju sedang lebat-lebatnya mengguyur hampir sebagian besar wilayah China.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Mendarat di Pudong Airport, suhu 8 derajat Celcius menyambut pengunjung di Shanghai awal Desember 2018. Paduan hujan, angin, dan suhu rendah membuat gigi bergemeretak. Brrrrrr..
Berulang kali, sang pemandu mengingatkan untuk menyiapkan payung dan jaket tebal. “Ada salju ga,” tanya salah seorang dari kami. Sayangnya, jawaban yang tak sesuai harapan meluncur dari sang guide.
“Shanghai biasanya baru turun salju bulan Januari.”
Tujuan pertama hari itu adalah Oriental Pearl TV Tower. Menebar pandangan ke kota Shanghai dari ketinggian 263 meter. Yang menarik dari tempat ini adalah lantai kaca di ketinggian 259 meter. Hembusan angin di suhu 5 derajat tak membuat pengunjung berhenti berpose. Cekrek! Cekrek!
Dari TV Tower, kami bergeser ke The Bund. Pemandangan di dermaga Sungai Huangpu ini kian eksotis lantaran setuhan hujan yang tak kunjung berhenti.
Ya, hari itu, sepanjang perjalanan kami hujan terus turun. Membuat suhu juga kian rendah, 4 derajat Celcius.
Salju dan Internet
Keesokan harinya, 7 Desember 2018, pemandu mengajak kami melihat proses pembuatan selimut sutera asli.
Mulai dari peternakan ulat sutera, hingga jadi selimut. Selimut cinta, inilah hadiah paling berharga yang diberikan orangtua pada anaknya ketika mereka menikah.
Bukan sembarang selimut, lambang cinta terlihat dari kepompong yang diolah menjadi benang. Hanya kepompong yang diisi sepasang ulatlah yang dijadikan selimut cinta. Begitulah lambang keabadian cinta.
Dari sana, kami menuju Lotus Garden, Hangzhou. Di sinilah “keajaiban” dalam kisah perjalanan ini terjadi. Suhu mencapai 3 derajat Celcius ketika mobil memasuki pelataran parkir Lotus Garden.
Saat kami berkeliling, sejenak, semua seperti fatamorgana. Butiran halus salju mulai turun bersamaan dengan rintik hujan. Hujan salju di Desember? Wow!
Snow light shower, begitulah tulisan pada penunjuk cuaca di ponsel. Terbayang apa yang terjadi selanjutnya. Semua sibuk mengabadikan momen tersebut, lalu sibuk dengan media sosialnya masing-masing.
Kok bisa? Ya, kami dengan mudah berbagi banyak cerita lewat media sosial lantaran tak terkekang larangan di China. Jika kebanyakan wisatawan menggunakan layanan virtual private network untuk mengakses beberapa media sosial “terlarang” di China, kami mencoba JavaMifi tanpa VPN tersebut.
Esokya, salju kian lebat. Keindahan West Lake Cultural Square yang bertabur salju jadi makin tak terbantahkan.
Cantik.
Pun dengan Tiger Hill. Meski tak sempat ke puncak, samar bayangan Pagoda dari kejauhan menyempurnakan lukisan alam Suzhou, tempat perjalanan ini berakhir, untuk kali ini.
Ya kali ini, siapa yang bisa menduga jika suatu saat kami akan kembali.
See you when I see you Shanghai. Terima kasih untuk salju Desember yang singgah menyapa kami, para pemilik musim hujan dan kemarau.