Storynomics, Metode Baru untuk Pacu Pariwisata Indonesia
Ipang mencontohkan, kisah-kisah dari kawasan Danau Toba sejatinya begitu banyak namun tak pernah digarap dengan benar-benar optimal.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA – Formula baru storynomics tourism bakal digunakan untuk mengakselerasi percepatan pembangunan wisata di lima kawasan destinasi super prioritas.
Hal itu mengemuka saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke sejumlah destinasi di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara pada 29-31 Juli 2019 lalu.
Toba adalah salah satu dari lima kawasan destinasi super prioritas, selain Borobudur, Manado, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Koordinator Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas Pariwisata, Irfan Wahid adalah yang pertama kali memperkenalkan skema storynomics tourism tersebut.
“Kami memperkenalkan formula Storynomics Tourism. Sebuah pendekatan pariwisata yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan living culture serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi,” kata Ipang Wahid, sapaan akrab Irfan Wahid saat dihubungi, Kamis(1/8/2019).
Ipang mencontohkan, kisah-kisah dari kawasan Danau Toba sejatinya begitu banyak namun tak pernah digarap dengan benar-benar optimal.
Baca: Didi Kempot akan Kupas Tuntas Siapa Dirinya di KompasTV, Jangan Sampai Terlewatkan
Baca: Unik, Suami Istri Tarung di Pilkades Kalilunjar Banjarnegara, TPS Dibuat Suasana Resepsi Pernikahan
”Kita memiliki kekayaan sejarah, budaya, dan alam yang begitu banyak namun masih sangat minim informasi maupun konten yang menceritakan tentang hal-hal tersebut. Seperti contohnya yang kita alami selama berada di Toba,” katanya.
Selain itu, kata Ipang, storynomics tourism juga akan memanfaatkan fakta sejarah bahwa Toba merupakan hasil dari letusan gunung berapi maha dahsyat nomor ketiga di dunia yang menyusutkan populasi dunia sampai 60 persen pada saat itu.
"Selain itu, storynomics tourism juga perlu mengangkat budaya Batak yang begitu luar biasa yang selama ini kurang terbangun narasinya dengan baik,” kata Ipang yang berpengalaman puluhan tahun di industri branding.
Ipang mengatakan, pariwisata tak bisa lepas dari awareness dan experience. Outputnya adalah testimoni, baik positif maupun negatif.
"Awareness berkaitan dengan marketing, sedangkan experience berkaitan dengan faktor aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (3A) yang melekat ke setiap destinasi-destinasi wisata. Kedua hal tersebut harus menjadi satu kesatuan yang padu,” katanya.
Saat ini, kata Ipang, pihaknya telah berhasil memetakan sekitar 28 titik destinasi wisata di kawasan Toba yang akan dibagi ke dalam empat klaster.
Ke depannya, empat klaster tersebut akan dibantu untuk mempersiapkan kebutuhan 3A-nya.
“Targetnya, semua akan dipersiapkan selama 6 bulan kedepan dan siap untuk dipasarkan dalam musim liburan akhir tahun,” katanya.