Indahnya Sawah Berundak di Jatiluwih Tabanan Bali, Obama pun Kepincut
Semakin dekat Jatiluwih, jalanan berkelok dan jika kaca mobil dibuka, akan terasa hawa segar dari kawasan yang berada di ketinggian 700 meter ini.
Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Dewi Agustina
MELIHAT hamparan sawah menghijau seraya mengirup udara segar, serasa kembali ke kampung halaman itu sudah biasa.
Namun jika melihat sawah hijau yang membentang seperti jajaran karpet berundak serta menghirup udara segar tanpa bau pestisida, sulit ditemukan.
Jawabannya hanya satu, yakni di lokasi wisata Sawah Terasering Jatiluwih atau Jatiluwih Rice Terraces yang berada di Kabupaten Tabanan Bali.
Baca: Medina Zein Ungkap Curhatan Mantan Karyawan Bandung Makuta yang Pernah Dipimpin Irwansyah
Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun kesengsem dengan keindahan sawah di perbukitan dengan sistem pengairan Subak di Jatiluwih.
Tahun 2017, Obama beserta rombongan melihat dan merasakan keindahan persawahan dengan siste Subak di Jatiluwih yang tahun 2012 ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia.
Pekan ini, Tribunnews.com berkesempatan menikmati keindahan alam di Jatiluwih.
Dari kawasan Kuta, Bali, butuh waktu sekitar 1,5 jam mencapai kawasan wisata pertanian seluas 600 hektare ini.
Jangan khawatir anda akan jemu selama perjalanan. Selama perjalanan, bisa menikmati keindahan desa di kawasan Bali. Ingat ya, desa, bukan perkotaan seperti Denpasar atau kawasan Kuta.
Semakin dekat Jatiluwih, jalanan berkelok dan jika kaca mobil dibuka, akan terasa hawa segar dari kawasan yang berada di ketinggian 700 meter ini.
Begitu turun dari mobil, mata kita langsung bisa menatap hamparan sawah menghijau berundak.
Kalau hanya melihat dari pinggir jalan utama, gratis. Atau mau menyaksikan dari pinggir kafe yang berada di sekitar kawasan wisata, juga gratis.
Baca: Ramalan Zodiak Minggu 20 Oktober 2019: Cancer Kurang Beruntung, Virgo Jaga Semangatmu
Karena memang pemandangan yang dijual adalah sawah yang membentang di kaki Gunung Batukaru hingga pesisir pantai.
Namun rugi kalau tidak mau menjelajah areal sawah yang jalannya sudah dibeton.
Cukup bayar Rp 15.000 per orang, kita bisa menikmati perjalanan di jalan berbeton di tengah sawah sejauh maksimal 51 km yang ditempuh 2 jam jalan kaki.
Begitu masuk ke jalan utama selebar 3 meter, sepanjang kiri dan kanan kita bisa merasakan keindahan hamparan sawah menghijau.
Kebetulan Tribunnews pas datang pertengahan Oktober 2019, tanaman padi masih berumur sekitar 1 bulan. Sehingga warnanya benar-benar hijau sejauh mata memandang.
Baca: BREAKING NEWS: Sedan Terbakar di Jalan Tol Lampung, 4 Anggota Keluarga Tewas
Dua patung dari bambu terpasang di ujung gerbang masuk bertuliskan Jatiluwih berukuran besar.
Samping kanan air mengalir bening di saluran air. Begitu tangan menyentuh air, rasanya nyessss, dingin nan segar.
Jalanan berbeton selebar 3 meter itu serasa catwalk. Kita bisa berfoto dimanapun dengan background sawah dan Gunung Batukaru.
Sawah ditata berundak lantaran berada di kaki bukit. Air yang mengalir dari bagian teratas petak sawah, akan gantian menggenangi petak sawah bagian terbawah.
Baca: Kunjungan ke Sorong, DPD akan Bentuk Pansus Papua
Tak perlu mesin canggih untuk menyedot dan mengalirkan air.
"Ini murni air dari air pegunungan Batukaru. Sehingga airnya jernih dan terasa dingin," ujar salah seorang guide tour kepada rombongan termasuk Tribunnews.com.
Pada puncak musim kering seperti Oktober ini, air di saluran air tetap mengalir dan cukup untuk mengairi seluruh areal persawahan yang totalnya sekitar 300 hektare.
"Setahun panen padi sebanyak dua kali. Airnya dari air gunung untuk pengairan sawah," ujar guide tour tersebut.
Baca: Murka Kepergok Chattingan dengan Wanita Lain, Suami di Makassar Aniaya Istrinya yang Hamil 7 Bulan
Jalan beton di tengah sawah mengikuti naik turunnya bukit. Sehingga beberapa lokasi dibikin berkelok.
Di beberapa spot, disediakan lincak atau tempat duduk dari bambu yang muat sepasang manusia.
Walhasil, pasangan yang berlibur pun pasti tak menyia-nyiakan untuk berfoto ria di pinggir sawah yang pemandangannya luar biasa cantik.
Selain sistem pengairan Subak, sawah di kawasan tersebut kini ditanam padi organik.
"Kami sudah empat tahun menanam padi organik. Seluruh petani dengan senang hati menanam padi secara organik tanpa pupuk kimia dan pestisida, karena padi organik lebih sehat dan dicari turis atau masyarakat untuk dikonsumsi," jelas salah seorang tetua kelompok tani di Jatiluwih.
Baca: Wakil Ketua DPD RI: Gejolak di Daerah Terjadi Karena Rendahnya Pendidikan dan Masalah Ekonomi
Hawa di kawasan Jatiluwih benar-benar sejuk. Saat Tribunnews berada di kawasan Jatiluwih, tak terasa terik panas menyengat. Padahal, di Kuta, hawanya sangat panas dan matahari sangat terik.
Jangan khawatir kehausan atau kelaparan. Ada beberapa warung yang dibangun warga menjual minuman segar dan camilan.
Yang super wahid adalah menikmati kelapa muda hijau dari kebun sekitar Jatiluwih di warung-warung yang berada di persawahan.
Jika mau membeli oleh-oleh padi organik, warung-warung tersebut sudah menyediakan dalam berbagai kemasan.
Baca: Segera Menikah, Pria Ini Dapati Kekasihnya Pajang Foto Dipeluk Mesra Pria Lain, Curhatannya Pilu!
Itu baru warung. Bila hendak makan berat, di sekitar kawasan Jatiluwih, terdapat restoran dan cafe.
Warung makan skala kecil pun juga mulai bermunculan seiring pertumbuhan jumlah wisatawan.
Warga pun juga kreatif membuat dan menjual caping berwarna-warni dan polos. Sangat cocok dipakai bergaya di tengah areal persawahan.
Bulan September 2019, digelar festival Jatiluwih.
Baca: 5 Tahun Jadi Menteri Kabinet Kerja, Luhut Sering Kesal Jokowi Kerap Direndahkan
Sehingga, pas Tribunnews.com hadir di Jatiluwih, masih tersisa ikon festival yakni patung Dewi Sri berukuran raksasa yang terbuat dari anyaman bambu.
Spot patung Dewi Sri itu kini juga menjadi spot bagus untuk berfoto ria.
Sejak ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO, turis asing dan lokal kian banyak yang berwisata ke Jatiluwih.
"Kalau hari biasa, turis asing yang datang sekitar 700-800 orang. Tapi kalau pas musim liburan, turis asing rata-rata sehari bisa lebih dari 1.000 orang per hari. Biasaya bulan Juli-Agustus," ujar salah seorang guide di Jatiluwih.
Baca: Tjahjo Kumolo Paling Sedih Kalau Harus Sampaikan ke Jokowi Ada Kepala Daerah Terkena OTT KPK
Turis yang datang ke Jatiluwih, paling banyak berasal dari Perancis, Jerman dan Kanada.
So, kalau berlibur ke Bali, jangan hanya ke sekitar pantai. Nikmati juga keindahan alam rice teracces Jatiluwih. (tribunnews/yulis sulistyawan)