Menilik 'Desa Hantu' di Pelosok Dubai, Dipenuhi Lautan Pasir Misterius hingga Rumor Supranatural
Menilik 'Desa Hantu' di Pelosok Dubai, Dipenuhi Lautan Pasir Misterius hingga Rumor Supernatural
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Desa Al Madam menjadi desa yang penuh misteri.
Desa ini telah 'disabotase' oleh gurun pasir.
Bekas permukiman masih terlihat.
Namun, pasir memakan bangunan-bangunan seperti ombak.
Mereka menerobos rumah melalui jendela, memenuhi halaman, dan menyapu perabotan.
Dilansir CNN, desa Al Madam berjarak satu jam perjalanan dari Kota Dubai, Uni Emirat Arab.
Tepatnya, desa ini berada di seberang perbatasan ke Sharjah.
Kawasan ini memiliki dua deretan permukiman dan sebuah masjid.
Desa Al Madam tak berpenghuni.
Ada indikasi bahwa penduduk pergi meninggalkan desa dengan tergesa-gesa.
Pintu rumah-rumah terbuka lebar.
Barang pribadi tertinggal dan berserakan.
Memoar yang menghantui ini telah mengobarkan cerita bahwa Al Madam adalah "desa hantu".
Diduga, warga melarikan diri dari kekuatan supernatural di desa itu.
Tidak ada seorang pun yang tersisa untuk menceritakan kisahnya.
Baca: Daftar Suku Paling Misterius di Dunia, Termasuk Suku Sentinel di India
Harta Karun Para Wisatawan
Meskipun begitu, Al Madam telah menjadi tujuan yang semakin menarik bagi para pelancong.
"'Desa hantu' saat ini bukanlah tujuan yang ditetapkan secara luas. (Tapi) secara bertahap menjadi tempat favorit bagi para penjelajah," kata SY Sunil dari Desert Safari Tours yang berbasis di Dubai.
Seorang travel blogger dari Inggris, Vanessa Ball, pernah mengunjungi Al Madam dan menulis tentang desa itu.
Kala itu, dia berkunjung pada 2019, setelah teman-temannya pergi ke Al Madam dalam perjalanan off-road.
"Ada minat yang meningkat dan cukup banyak orang yang mengetahuinya," ujar Ball.
Bagian dari daya tariknya adalah, menurut Ball, desa ini sangat terbuka untuk eksplorasi.
Al Madam juga memiliki harta karun untuk ditemukan oleh para penjelajah.
"Sebagian besar pintu terbuka dan beberapa rumah tidak memiliki pintu."
"Beberapa rumah memiliki mozaik yang indah dan satu memiliki mural wallpaper lanskap di dinding belakang," terang Ball.
Ball berharap agar Al Madam tidak begitu terkenal.
"Itu akan kehilangan keindahan saat penuh dengan orang," katanya.
"Saat ini, tidak ada perimeter yang bisa Anda gunakan ke deretan rumah kosong," imbuh Ball.
Sementara itu, meskipun popularitas otoritas semakin meningkat, otoritas lokal tidak memiliki rencana untuk menguangkan atau membatasi akses ke Al Madam.
"Tidak ada rencana untuk mengembangkan Al Madam sebagai objek wisata saat ini, meskipun wisatawan dipersilakan untuk berkunjung," kata juru bicara Pariwisata Sharjah.
Baca: Kisah Penemuan Perahu Misterius, Tak Bertuan dan Terdampar di Pantai Karanghawu, Sukabumi
Pasir atau Kekuatan Supernatural?
Rumor tentang pengaruh supernatural di desa Al Madam telah beredar luas.
Tidak adanya informasi pasti tentang penyebab ditinggalkannya desa tersebut.
Penduduk desa terdekat berbagi cerita tentang jin jahat yang menghantui Al Madam.
Disebutkan, ada roh wanita dengan mata kucing dan parang di tangan yang disebut Umm Duwais.
Pada 2018, Sharjah Art Foundation (SAF) melakukan konsultasi publik dengan menelusuri sejarah desa.
SAF membagikan transkrip wawancara dengan responden dari daerah setempat.
Termasuk di antaranya adalah seorang pria yang mengaku telah menikah di Al Madam.
Ia menunjukkan bahwa desa tersebut dibangun pada pertengahan tahun 1970-an.
Dalam beberapa kasus, kepergian penduduk desa ini disebabkan oleh badai pasir yang ganas.
Ahasil, desa tersebut tidak dapat dihuni.
Baca: Pulau di Karibia Buka Pendaftaran untuk Turis, Kerja Sambil Lihat Pantai Selama 1 Tahun
Penjelasan lain datang dari Yasser Elsheshtawy, seorang profesor arsitektur di Columbia University.
Elsheshtawy adalah ahli dalam mempelajari perumahan di UEA.
Dia menyebut, Al Madam adalah contoh pola dasar dari perumahan Sha'bi.
Perumahan Sha'bi di UEA dari akhir 1960-an adalah program nasional pemerintah untuk menyediakan perumahan publik modern bagi penduduk Badui nomaden.
Program tersebut sebagai bagian dari upaya modernisasi yang lebih luas, menyusul penemuan cadangan minyak.
"Pemerintah ingin menciptakan negara bagian dan untuk menyediakan negara yang berfungsi, Anda membutuhkan orang-orang yang tinggal di kota dan permukiman, daripada orang Badui yang berkeliaran di gurun," kata Elsheshtawy.
"Cara hidup tradisional dikaitkan dengan kemiskinan dan kesulitan. Dan ketika negara UEA dibentuk (pada tahun 1971) dan minyak menjadi lebih produktif, mereka ingin menjauh dari itu," imbuhnya.
Beberapa permukiman baru dibangun dengan sangat cepat, sehingga infrastruktur tidak selalu tersedia.
Hal itulah yang mungkin menyebabkan orang Badui meninggalkan Al Madam.
Selain itu, Al Madam juga disebut kekurangan tenaga listrik.
"Apa yang sering kami temukan melalui penelitian kami adalah keluarga yang mengeluh bahwa mereka telah pindah (ke pemukiman baru) dan hidup berbulan-bulan tanpa air atau listrik."
"Dalam hal ini, jika infrastruktur tidak tersedia, orang mungkin telah pindah pada awalnya dan kemudian pergi," jelasnya.
Misteri desa yang ditinggalkan mungkin tidak akan pernah bisa terungkap dengan pasti.
Namun, semakin banyak penjelajah yang tertarik untuk menyelidiki sendiri.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)