Adaptasi di Tengah Pandemi, Sam Poo Kong-Lawang Sewu Terapkan Protokol Kesehatan Ketat
adaptasi dalam menghadapi pandemi terus dilakukan oleh tempat wisata. Dua diantaranya adalah Sam Poo Kong dan Lawang Sewu
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
Pengunjung pun dibatasi atau hanya diperbolehkan 50 persen dari kapasitas aslinya, sesuai dengan aturan dari Pemerintah Kota Semarang.
Jam operasional Sam Poo Kong turut dipersingkat demi mencegah terjadinya kerumunan. Jika Sam Poo Kong di weekdays beroperasi dari pukul 08.00-17.00 WIB, untuk weekend diketahui beroperasi dari pukul 08.00-20.00 WIB.
Pengawasan ketat juga dilakukan terbukti dengan adanya tim Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah Kota Semarang dan pihak kepolisian yang mengingatkan ke setiap pengunjung agar menjaga jarak satu sama lain.
Tak hanya kepada pengunjung, pekerja kelenteng Sam Poo Kong juga memberlakukan shifting demi menjaga kondisi badan di masa pandemi.
Pemandu kelenteng Sam Poo Kong pun menerapkan protokol kesehatan ketat, mulai dari menggunakan masker hingga face shield.
Di sisi lain, Wahyu mengungkap Sam Poo Kong tengah berusaha mengedepankan pembayaran dengan sistem cashless agar membantu mengurangi resiko penyebaran Covid-19.
"Kita memang sudah bekerja sama dengan beberapa tiket online, seperti Traveloka dan sebagainya. Kita juga mengembangkan tiket online Sam Poo Kong dengan TWC, kemudian ada LinkAja. Cashless memang akan lebih kita kembangkan, tapi tiket offline pun di loket kita masih menjual dengan sistem protokol kesehatan ketat, ada cuci tangan dan hand sanitizer," kata Wahyu.
Lawang Sewu
Destinasi wisata yang tak kalah menarik di Semarang adalah Lawang Sewu. Tempat wisata ini cukup terkenal dan populer karena keangkerannya.
Terletak di dekat Tugu Muda yang dulu disebut Wilhelminaplein, bangunan tua tersebut sebenarnya adalah peninggalan zaman penjajahan.
Bangunan itu dahulu merupakan kantor administrasi Indische Spoorweg Maatscappij (NIS), sebuah perusahaan kereta api asal Belanda yang pada masa pendudukan Jepang beralih fungsi menjadi penjara.
Penjara bawah tanah itulah yang kerap disatroni oleh para penikmat wisata horor, sebelum akhirnya saat ini ditutup pihak pengelola.
Tercatat Lawang Sewu memiliki sekitar 429 pintu dengan jumlah daun pintu mencapai jumlah lebih dari 1.200.
Adapun penyebutan nama Lawang Sewu dikarenakan bangunan itu seolah memiliki pintu yang sangat banyak, meski tidak berjumlah hingga seribu. Namun, banyaknya jendela yang tinggi dan lebar membuat masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang) pula.