Menikmati Dry-Aged Steak yang Diproses 30 Hari dengan Bumbu-bumbu Spesial
Yang membuat prosesnya berbeda daripada steak pada umumnya adalah pada potongan-potongan daging tertentu diberikan bumbu-bumbu spesial
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi sebagian orang, steak menjadi sajian yang spesial. Tekstur dagingnya yang lembut, bumbu sausnya yang gurih dengan tingkat kematangan tertentu membuatnya sangat nikmat disantap.
Di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ada sebuah restoran yang menawarkan menu steak dengan cita rasa yang unik dan otentik. Namanya Sir Loin.
Restoran dengan interior berkonsep lifestyle ini menawarkan menu steak dengan cita rasa daging steak yang khas yakni daging yang diproses secara dry-aged selama 30 hari sebelum disajikan ke pelanggannya.
Bagaimana bisa sebegitu lama? Yang membuat prosesnya berbeda daripada steak pada umumnya adalah pada potongan-potongan daging tertentu diberikan bumbu-bumbu spesial yang membuat rasa steak semakin nikmat disantap.
Rangkaian menu steak yang layak dicoba adalah steak Tomahawk MB7+ yang berasal dari Blackmore Farm Australia yang telah di dry-aged selama 300 hari menggunakan true butter.
Ada juga Black Angus Porterhouse Australia yang berasal dari Cape Grim Farm Australia.
Menu-menu ini siap disantap dengan berbagai pilihan side dish dan saus, dilumuri dengan mentega panas yang gurih.
“Kami mengetahui bahwa market Jakarta selalu mencari temuan kuliner baru dan kami
ingin memposisikan bisnis kami diantaranya,”
Jessica Utami, salah satu pemilik Sir Loin mengatakan, restorannya membidik para pecinta steak dari segmen menengah ke atas. Yakni mereka yang mencari steak berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau dan tentunya dengan daging sapi dry-aged.
Baca juga: Mencicipi Steak Khas Italia dengan Daging yang Diproses Dry Aging 30 Hari
Daging sapi yang diolah dengan dry-aged dikenal memiliki rasa yang lebih kaya dan tekstur yang lebih empuk, yang umumnya ditawarkan dengan label harga yang lebih mahal.
"Kami ingin memberikan rasa yang baru untuk para pencinta kuliner steak dan pengunjung lainnya,” kata Jessica.
Baca juga: Ingin Semua Kalangan Nikmati, Supervisor Restoran Terkenal Ini Banting Stir Jualan Steak Kaki Lima
Adit, Head Chef Sir Loin mengatakan, para chef di restorannya menyajikan potongan steak dry-aged yang populer termasuk T-bone, scotch llet, let mignon dan sirloin.
Mereka yang makan di sini bisa memilih metode memasak yang mereka inginkan: dimasak dengan butter di penggorengan atau dipanggang (grill) dengan bahan bakar kayu.
Baca juga: Agar Tak Salah Pilih Steak di Restoran, Ketahui Beda Tenderloin dan Sirloin
"Keduanya dimasak dengan sempurna untuk menggugah selera,” ujar Adit.
Animo pengunjung datang ke restoran yang cenderung meningkat sejak Oktober 2020 lalu, terutama untuk mereka yang memilih dine-in, menjadi alasan Jessica dan timnya membuka Sir Loin.
“Kami berusaha menjadi salah satu steakhouse yang authentic dan terbaik di Indonesia, tidak kalah penting juga untuk memberikan pengetahuan tentang keragaman daging sapi dry-aged kami yang dapat memberikan variasi di lidah market Indonesia,” ungkap Aby Ganis, salah satu pemilik restoran Sir Loin.
Dia mengatakan, harga menu steak di Sir Loin di kisaran menengah jika dibandingkan dengan steakhouse lain di area Jakarta dengan pilihan daging berkualitas tinggi yang sama dan suasana kasual-elegan.
Agar mutunya terjaga, pihaknya menyeleksi beragam daging sapi berkualitas yang jenisnya dikurasi secara khusus.
Eksterior restoran ini yang bernuansa klasik minimalis dengan detail interior dan ornamen
lainnya yang didesain secara eksklusif oleh Bitte Design Studio seperti penggunaan meja
marble top, sofa panjang dan kursi berbahan kulit degan nuansa kayu diyakini akan menambah nikmat acara bersantap steak di resto ini.