Kembangkan SDM Unggul Sektor Pariwisata dan Perhotelan Indonesia
Potensi rebound pariwisata akan berdampak terhadap kebutuhan suplai tenaga kerja di industri pariwisata dan perhotelan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri pariwisata Indonesia memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan.
Keindahan alam dan keragaman budayanya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan nasional maupun internasional.
Namun, pandemi COVID-19 satu tahun terakhir dirasakan sangat berdampak pada sektor pariwisata nasional, maupun global.
Hadirnya vaksin COVID-19 di awal 2021 membawa angin segar dan diproyeksikan mampu menekan penularan COVID-19 sekaligus membangkitkan gairah pariwisata Indonesia. Diprediksi, pariwisata Indonesia akan kembali ’booming’ pada semester II tahun 2021 ini.
Menurut Ekonom dari Institute for Development on Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara, pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian.
Sebelum pandemi, sektor pariwisata menyumbang devisa 20 miliar US Dolar.
Penurunan kasus harian dan hadirnya vaksin akan mendorong pemulihan sektor pariwisata, yang diprediksi berangsur membaik di semester II tahun 2021 ini.
"Selain potensi devisa yang besar, sektor pariwisata berkontribusi menyerap 13 juta tenaga kerja atau sebesar 10,2% dari total tenaga kerja nasional. Ini adalah jumlah yang cukup besar dibandingan dengan sektor lain,” papar Bhima dalam Webinar Insight from IdeA yang berlangsung belum lama ini.
Baca juga: Rencana Pembukaan Pariwisata Bali Berdampak Positif ke Sektor Properti
Dikatakannya, potensi rebound pariwisata akan berdampak terhadap kebutuhan suplai tenaga kerja di industri pariwisata dan perhotelan.
Dalam hal ini, lulusan vokasi pariwisata dan perhotelan akan banyak dicari karena diyakini memiliki kecakapan sesuai kebutuhan industri.
"Tren sektor pariwisata membutuhkan tenaga kerja yang skillful dan terspecialisasi seperti perhotelan, restoran, coffee shop, kapal pesiar, dan tempat rekreasi lainnya.
Saat ini vocational training berkualitas di sub-sub sektor pariwisata tersebut masih terbatas sehingga diperlukan training centre atau academy di bidang hospitality yang memiliki terobosan untuk menghasilkan tenaga pariwisata tepat guna, dan memahami realita dunia kerja secara riil,” kata Bhima.
Direktur Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Wartanto, M.M, mengatakan, melihat kebutuhan tenaga kerja vokasi yang berkualitas dan siap kerja, pemerintah terus mendorong lahirnya pendidikan vokasi berkualitas yang terintegrasi dengan sebuah teaching factory.
Baca juga: Kolaborasi Kemenparekraf-Pemprov Sumatera Utara, Pariwisata Danau Toba Segera Dibuka