Cerita Evi Aryati Arbay Sebagai Etnografer, Pelajari dan Kenalkan Suku Terpencil ke Masyarakat Luas
Evi memiliki tujuan yakni memperkenal wisata lokal yang ia kunjungi untuk jadi lebih banyak diketahui masyarakat luas.
Penulis: M Alivio Mubarak Junior
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartwan Tribunnews.com, Mohammad Alivio
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Evi Aryati Arbay, Trip Advisor & Travel Organizer Indonsia-Papua Nugini baru-baru ini dalam sebuah webminar mengungkapkan sebagian perjalannya menjadi seorang etnografer.
Mengaku sudah banyak keliling dunia, Evi memiliki tujuan yakni memperkenal wisata lokal yang ia kunjungi untuk jadi lebih banyak diketahui masyarakat luas.
Misinya ini tak hanya berkunjung lalu mendokumentasikan, ia juga mempelajari dan menganalisa sehingga apa yang menjadi daya tarik lokasi yang ia kunjungi menjadi tempat yang tepat dan unik untuk didatangi orang-orang.
Dari situlah, Evi terpikir untuk membuat kajian-kajian ataupun buku terkait entografi visual yang difokuskan pada destinasi yang ditawarkannya.
Baca juga: Di Momen Harhubnas, Tol Laut Berhasil Menjangkau Suku Terisolir di Pedalaman
Baca juga: Mendorong Semangat Pelaku Wisata dan Ekonomi Kreatif di Desa Wisata Jawa Barat untuk Bangkit
"Saya tadinya mengenal etnografi ataupun antropologi itu saya pikir adalah tadinya memang yang berhuhungan erat dengan museum," kata Etnorgrafer, Evi Aryati Arbay saat weminar yang diselenggarakan Universitas Diponegoro, Minggu (19/9/2021).
"Tapi ternyata setelah saya coba mengeksplorasi ternyata tidak hanya disitu, tidak hanya cukup dipajang sebuah museum," ujarnya lagi.
Evi mengaku, dalam pekerjaannya sebagai tour guide, 80% kliennya adalah orang asing.
"Jadi saya mulai mengeksplorasi orang indonesia dulu baru dalam 7 tahun trakhir ini kami mencoba membuka destinasi lain yaitu di Papua New Guinea, Ethiopia, dan terakhir tuh Sudan," ujar Evi.
Ia mengungkapkan, di Indonesia sendiri memiliki beranekaragam jenis manusia. Dengan begitu, ia mencoba menjual program untuk membantu produk ecotourism yang khususnya digerakkan oleh komunikas dan masyarakat tradisional.
"Itu kami coba bantu untuk bagaimana produknya itu terserat oleh turis ataun peneliti yang datang," ungkap Evi.
"Sehingga saya berkesempatan banyak berinteraksi dengan masyarakat tradisional," tambahnya.
Pada kesempatan ini juga, Evi berbagi cerita saat berkunjung ke Ethiopia Selatan. Dikatakannya, di sana banyak jenis manusia yang masih bisa dieksplor.
"Ada namanya suku Hamar di sana merupakan suku yang cukup agresif dibanding perjumpaan saya dengan suku suku lainnya di dunia," ujarnya.