Ada Purwaceng dan Ruwatan Rambut Gimbal, Dieng Culture Festival Hasilkan Perputaran Uang Rp 90 M
Wisata Dieng Kulon di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, kini sedang hype karena menyajikan banyak destinasi.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wisata Dieng Kulon di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, kini sedang hype karena menyajikan banyak destinasi.
Di antaranya, tradisi ruwatan Rambut Gimbal yang kemudian dikemas oleh Pokdarwis setempat menjadi agenda tahunan bertajuk "Dieng Culture Festival".
Dieng juga dikenal dengan berbagai produk ekonomi kreatifnya mulai dari kuliner seperti Mi Ongklok, Carica, Keripik Kentang, Keripik Jamur, serta minuman Purwaceng.
Hal ini membuat pemerintah menaruh harapan agar destinasi wisata lokal, seperti Dieng dapat membuka lapangan kerja seluas mungkin.
"Kita ingin Desa Wisata Dieng Kulon bangkit, dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dan wisatawan kembali datang," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin dalam kunjungannya di Dieng, Rabu (6/10/2021).
Baca juga: Lima Kali Fenomena Embun Es di Dieng, Tak Bisa Dinikmati Wisatawan
Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Alif Fauzi, mengatakan, Dieng Culture Festival merupakan agenda tahunan yang selalu menarik minat wisatawan. Serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat.
Baca juga: Ikut Bangkitkan Industri Pariwisata, Komunitas LA 32 Riders Bedah Toilet di Dieng
Pada 2018, sebelum pandemi COVID-19 melanda, ajang yang berlangsung selama tiga hari itu dapat menarik minat 180 ribu pengunjung. Kegiatan ini juga disebut telah memberikan manfaat bagi masyarakat di 18 desa sekitar.
Baca juga: Menparekraf: Pemandangan Dieng Tidak Kalah dengan Swiss
"Kita sudah melakukan penelitian, bahwa wisatawan rata-rata pengeluarannya per hari selama festival tersebut sebesar Rp450 ribu. Sehingga total dalam tiga hari tersebut perputaran uang sekitar Rp90 miliar," kata Alif Fauzi.
Dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga, banyak masyarakat yang memanfaatkan dengan mendirikan homestay. Saat ini tercatat terdapat 350 homestay dari awalnya yang hanya berjumlah lima saja.
"Berkat perjalanan yang panjang, dan dukungan pemerintah desa sekarang masyarakat sudah bisa mendapatkan manfaat yang begitu banyak," pungkas Alif Fauzi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.