Awalnya Iseng, Kades Kampung Dayun Berhasil Ubah Desa Tertinggal Jadi Desa Wisata
Pembangunan aksesibilitas dan amenitas objek wisata embung terpadu Kampung Dayun melibatkan warga desa menggunakan dana Padat Karya Tunai Desa
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Sebelumnya, Kampung Dayun yang berlokasi di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau merupakan salah satu kawasan yang termasuk desa tertinggal.
Namun, sejak Nasya Nugrik menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) atau Penghulu Kampung Dayun, kategori desa ini pun perlahan naik menjadi desa berkembang, desa maju, dan saat ini telah menjadi desa mandiri.
Bahkan, dengan menggali potensi wisata yang dimiliki Kampung Dayun, Nasya Nugrik berhasil membawa Kampung Dayun meraih juara 1 pada ajang Lomba Desa Wisata Provinsi Riau 2021.
Dikutip dari Tribun Pekanbaru, Nasya mengungkapkan bahwa dirinya tidak memiliki konsep yang serius untuk membangun desa wisata. Awalnya, ia hanya berniat iseng-iseng membangun lokasi tersebut untuk mengusir rasa jenuh untuk warga Kampung Dayun.
"Awalnya kami hanya membuat taman berkonsep kawasan hijau dan tempat olahraga. Pembangunannya berkolaborasi dengan Badan Operasi Bersama PT Bumi Siak Pusako (BOB BSP) Pertamina Hulu. Taman ini tujuannya sebagai tempat singgah dan parkir untuk wisatawan masuk ke Taman Nasional Zamrud dan inilah yang menjadi dasar awal," ujar Nasya secara tertulis.
Nasya menceritakan, di sekitar kawasan taman itu, ia bersama dengan Kelompok Sadar Lingkungan (Pokdarling) Kampung Dayun, memanfaatkan embung atau kolam yang awalnya hanya difungsikan untuk pencegahan kebakaran lahan menjadi kawasan wisata.
Dulu ada pembiayaannya menggunakan anggaran dana desa, melalui program pencegahan kebakaran untuk membuat embung. Fungsinya untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran. Tapi lama kelamaan kebakaran sudah tidak ada. Embung pun akhirnya ditumbuhi semak belukar.
"Akhirnya terpikir oleh kami untuk membuat kawasan wisata embung terpadu. Jadi embung ini bisa untuk pencegahan kebakaran, peternakan ikan, dan bisa juga untuk tempat wisata warga sekitar," jelas Nasya.
Dilanjutkannya, keyakinan untuk membuat kawasan wisata ini berdasarkan dari data jumlah penduduk yang mana jumlah penduduk Kampung Dayun sekitar 12 ribu jiwa.
"Jika dalam satu bulan ada satu persen warga yang merasa jenuh dan butuh rekreasi, artinya sedikitnya ada 120 orang yang akan berkunjung ke objek wisata kawasan embung terpadu. Jumlah ini baru untuk satu desa, belum lagi penduduk desa lainnya yang ingin datang berwisata. Akhirnya kita bangunlah kawasan ini dengan menggunakan dana desa. Kami juga telah membuat Peraturan Desa (PerDes) tentang Pendapatan Asli Desa (PAD) dan Aset Desa. Nilai investasi di kawasan wisata ini sudah mencapai 2 miliar rupiah," ujarnya.
Pembangunan penuh perjuangan
Bukan tanpa kendala, Nasya menjelaskan bahwa pembangunan destinasi wisata ini melalui perjuangan keras. Mulai dari sengketa pemanfaatan lahan, meyakinkan pemerintah daerah untuk mendukung pengembangan kawasan wisata, dan menggerakan masyarakat sadar wisata.
"Alhamdulillah saat ini bisa berjalan lancar dan bisa mendapatkan pendapatan warga dan PAD," jelasnya.
Pengerjaan pembangunan aksesibilitas dan amenitas objek wisata embung terpadu Kampung Dayun juga melibatkan warga desa setempat menggunakan Dana Padat Karya Tunai Desa yang dianggarkan dari pemerintah pusat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.