Alasan Mengapa Sushi, Ramen dan Makanan Khas Jepang Lain Bisa Menyenangkan Lidah
Siapa yang tak mengenal menu makanan khas Jepang seperti Sushi, Udon, Ramen, Yakitori? Apa rahasianya ya jadi rasanya bisa menyenang
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Siapa yang tak mengenal menu makanan khas Jepang seperti Sushi, Udon, Ramen, Yakitori? Pasti semua suka. Apa rahasianya ya jadi rasanya bisa menyenangkan lidah?
Kuliner Jepang yang melegenda itu tidak asing lagi di kalangan penikmat makanan di Tanah Air .
Baca juga: Riset: Kue dan Sushi Jadi Pilihan Favorit Makanan Akhir Pekan
Masakan Jepang terkenal dengan penggunaan bahan makanan yang segar dan berkualitas.
Karena itu tidak heran, pola makan atau diet masakan Jepang populer sebagai pola makan terbaik untuk kesehatan layaknya diet ala Mediterania.
1. Kehadiran Rasa Umami
Salah satu ciri khas yang membuat masakan Jepang adalah kehadiran rasa umami, yakni sensasi rasa mendalam dan nikmat seperti manis, asam, asin dan pahit.
Umami sering dihubungkan dengan penggunaan monosodium glutamat (MSG).
Namun, banyak orang tidak tahu bahwa asam glutamat pertama kali diperoleh dari rumput laut kombu.
Selain itu sensasi umami juga berasal dari ikan laut dalam sehingga menambah dan melengkapi cita rasa yang bermanfaat bagi kesehatan.
Salah satu jenis asam amino non-esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah glutamat dan glutamin.
Baca juga: Viral Baliho Promo Ramen Beli 1 Gratis 1 Kecuali untuk Presiden, Pemilik Usaha: Murni Promosi
Glutamat banyak terdapat dalam makanan-makanan seperti miso, kedelai, dan rumput laut, sedangkan glutamin bisa didapatkan dari kelapa, daging dan produk susu.
Kedua asam amino ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, antara lain membantu menjaga sistem imunitas dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.
Pengamat Gizi dan Pangan Endang S. Sunaryo mengatakan bahwa asam glutamat merupakan senyawa yang terdapat secara alami dalam berbagai bahan makanan seperti tomat, keju parmesan, jamur, dan kombu.
Selain itu, MSG juga bisa menjadi pilihan sumber asam glutamat yang memiliki manfaat dalam memperkaya rasa makanan dan mengurangi jumlah pemakaian garam dapur.
"Dengan menambahkan asam glutamat dari bahan alami atau menggunakan MSG secara bijak, tentunya dapat membantu meningkatkan kenikmatan hidangan secara alami," jelas Endang S. Sunaryo dikutip Rabu (30/8/2023).
2. Dashi atau Kuah Kaldu Ikan
Dashi merupakan bahan penting dalam hidangan Jepang.
Dashi adalah kuah beraroma yang terbuat dari , yaitu kaldu ikan yang dicampur dengan kombu (sejenis rumput laut) dan katsuobushi (ikan tongkol kering).
Bahan-bahan ini kaya peptida yang bermanfaat untuk tubuh, khususnya dalam memerangi infeksi virus dan meningkatkan kewaspadaan sel imunitas khususnya sel T.
Selain kaya rasa gurih kompleks yang menjadi ciri khas masakan Jepang, rasa umami juga dapat meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi asupan garam.
Bahan-bahan masakan Jepang yang banyak menggunakan produk laut seperti ikan, crustasea, rumput laut dan diimbangi dengan sayuran dan bumbu khas fermentasi miso dan nato selain bergizi juga memperkaya macam kuliner dunia.
Dengan demikian, menikmati masakan Jepang tidak hanya menyenangkan lidah, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan.
3. Rempah dan Herbal
Rempah dan herbal tidak hanya memuaskan selera karena menambah kelezatan masakan, tetapi juga spesial karena memiliki banyak kandungan gizi fitokimia di dalamnya seperti antioksidan, oleoresin, minyak atsiri, vitamin dan mineral yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan.
Salah satu kekayaan kuliner Indonesia adalah penggunaan bahan-bahan seperti kacang-kacangan, kelapa, susu, daging, ikan dan produk laut, telur, sayuran dan buah.
Bahan baku pendukung gizi seimbang ini akan bertambah lezat dengan hadirnya campuran MSG, IMP dan GMP yang saling memperkaya citarasa gurih.
Tidak ada salahnya jika ingin menjadikan masakan Jepang sebagai bagian dari pola makan yang sehat.
Namun, tetap harus memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi harus secara proporsional dan sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.
Untuk mendapatkan saran yang lebih akurat, sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi atau profesional kesehatan yang kompeten.