Upaya Pemerintah Dorong Kedatangan Turis dengan Pengeluaran Minimal 250 Dolar AS per Hari
Melalui Quality Tourism Indonesia dapat menerima wisatawan yang berkualitas, baik dari sisi pengeluaran yang dilakukan wisatawan minimal 250 dolar AS
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhelatan International Quality Tourism Conference (IQTC) ke-1 yang berakhir kemarin di Bali menjadi kick off mengenalkan indeks quality tourism epada pemerintah daerah hingga industri pendukung.
Saat ini pemerintah telah memiliki indeks quality tourism yang telah disusun bersama Kemenparekraf, Bank Indonesia, Bappenas, di bawah nama sekretariat bersama dalam menciptakan pengembangan sektor pariwisata.
“Indeks ini secara lebih luas mengukur performa pengembangan pariwisata dari sisi supply yakni daya saing dasar mengelola destinasi keberlanjutan dan dari sisi demand yaitu destinasi yang memiliki keunikan seperti Bali, Labuan Bajo, Borobudur, Danau Toba, Likupang dan Mandalika,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Odo Manuhutu, Odo Manuhutu saat konferensi pers penyelenggaraan International Quality Tourism Conference (IQTC) ke-1 secara daring belum lama ini.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Minta Perguruan Tinggi Cetak Agen Perubahan di Sektor Pariwisata
Odo menjelaskan pemeritah telah memiliki indeks quality tourism pertama yang mengintegrasikan destinasi dan preferensi dari wisatawan dan pihaknya bersama Kemenparekraf, mengembangkan penerapan quality tourism indeks ke-5 DSP, dan harapan menjadi standar bersama di antara negara tetangga dan Indonesia.
“Diantara berbagai indikator pariwisata lainnya pada tingkat global, indeks quality tourism yang pertama mengintegrasikan perspektif destinasi dengan perspektif preferensi wisatawan. Untuk itu, hal ini perlu diperluas ke seluruh destinasi, selain lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan menjadi standar bersama diantara negara tetangga yakni dari Indonesia untuk dunia,” tutur Odo.
Ia menjelaskan indeks ini secara lebih luas mengukur performa pengembangan pariwisata, dari sisi suplai, yakni daya saing dasar, pengelolaan destinasi yang berkelanjutan dan dari sisi demand yaitu destinasi yang memiliki keunikan dan destinasi yang menawarkan pengalaman pariwisata bernilai tinggi.
"Melalui Quality Tourism, kami berharap agar Indonesia dapat menerima wisatawan yang berkualitas, baik dari sisi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan minimal 250 dolar AS per hari, maupun dari sisi perilaku dengan menjaga alam, budaya, serta sosial yang baik," katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Kebijakan Strategis, Desi Rohati mengatakan, pengembangan Quality Tourism sejalan dengan langkah strategis dalam upaya peningkatan capaian Travel and Tourism Development Index atau TTDI Indonesia.
"TTDI telah dirilis di Indonesia oleh World Economic Forum atau WEF di Indonesia. Indonesia berhasil meraih peringkat ke-22 dari 119 negara dan pencapaian ini merupakan cermin kebangkitan kepariwisataan Indonesia yang inklusif, kemudian tangguh, dan berkelanjutan yang mana telah memenuhi target RPJMN 2020-2024," kata Desi.
Ia juga menambahkan bahwa Travel and Tourism Readiness Dialogue (TTDI) ini adalah upaya kolaboratif nyata antara kemenko Marves, Kemenparekraf, dan World Economic Forum untuk mengidentifikasi strategi kebijakan dalam mendorong peningkatan peringkat Indonesia melalui pembangunan Quality Tourism.
Baca juga: Potensi Pariwisata dan Budaya di Solo, Masjid Zayed Jadi Favorit
“Kami berharap upaya yang dilakukan ini memperkuat daya saing ke pariwisata Indonesia di masa mendatang dan semoga kegiatan IQTC berjalan lancar dan khususnya penyelenggaraan pembangunan Quality Tourism di Indonesia dan negara ASEAN untuk masa depan,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juli Budi Winantya menambahkan perlu ada indikator yang jelas mengenai implementasi pariwisata berkualitas dan cara mengukurnya.
“Jadi ada 51 indikator yang kita kelompokkan dalam empat pilar pariwisata berkualitas, yakni ada dasar, keberlanjutan, kemudian juga pengalaman unik, dan juga high value," katanya.
Kemudian, selanjutnya dari indikator-indikator yang telah disusun tersebut kita lakukan pengukuran dari indikator itu sendiri, pengukuran dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, primer, melalui data survei, melakukan diskusi dengan para pelaku usaha, sehingga kita come up dengan suatu angka-angka terkait dengan indikator-indikator yang telah disepakati tersebut,” jelasnya.
Kepala Kantor Persiapan PRP dan Hubungan Lembaga LPS, Arinto Wicaksono menyampaikan pariwisata merupakan sektor yang penting bagi perekonomian. Selain itu, sektor pariwisata juga menunjukkan tingkat inklusifitas yang relatif lebih baik dibandingkan sektor lainnya.
“Untuk itu kami ingin terlibat dalam perkembangan sektor pariwisata yang lebih berkelanjutan untuk memastikan optimalnya dampak ekonomi lingkungan dan sosial dari industri pariwisata," katanya.
Selain itu, secara mikro pariwisata adalah bagian dari gaya hidup masyarakat tetapi memang belum menjadi kebutuhan primer, belum semua lapisan masyarakat bisa menikmati pariwisata karena soal ekonomi keluarga oleh karena itu LPS juga mengajak masyarakat melakukan perencanaan keuangan dengan menetapkan skala prioritas kebutuhan, selain untuk memenuhi kebutuhan pokok juga dilakukan perencanaan keuangan.
Perhelatan IQTC yang pertama telah dilaksanakan 29-30 Agustus 2024 di Bali yang dihadiri oleh 250 peserta terkurasi, termasuk perwakilan dari organisasi pemerintah dan non-pemerintah, industri pendukung, dan akademisi. IQTC ini diinisiasi oleh Kemenkomarves, Bank Indonesia, Kemenparekraf dan Bappenas, berkolaborasi dengan LPS.