Kunjungi Kota Terlarang di China Jangan Lupa Bawa Paspor dan Pindai Wajah
Forbidden City juga berdekatan dengan gedung dewan perwakilan rakyat China. Pengunjung bisa mengeksplor tempat ini dengan berjalan kaki
Editor: willy Widianto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Geok Mengwan dari China
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Mengakui dirinya sebagai salah satu negara maju di dunia, China, memiliki sejarah yang panjang dan menarik untuk diketahui. Salah satunya yakni peninggalan zaman pemerintahannya terdahulu, Forbidden City atau Kota Terlarang.
Baca juga: China Mendadak Alami Peningkatan Drastis Kasus DBD, Naik 73 Persen Dalam Waktu Seminggu
Tribunnews.com dalam acara Global Launching vivo X200 bersama vivo Indonesia, berkesempatan mengunjungi istana yang berada di Beijing, China ini pada Rabu (16/10/2024).
Mendapat label ‘Istana Terbesar di Dunia’ oleh Guinness Book of World Records, Forbidden City memiliki lebih dari 90 komplek istana dengan 98 bangunan dan dikelilingi parit selebar 52 meter.
“Ini luasnya 72 hektar, zaman dulu kaisar tinggal di sini,” kata Di Yan, warga China yang menjadi pemandu wisata dalam kunjungan ini.
Forbidden City juga berdekatan dengan gedung dewan perwakilan rakyat China. Pengunjung bisa mengeksplor tempat ini dengan berjalan kaki.
Baca juga: Mengenal Harbin The Oriental Europe: Ada Gereja Ortodoks Rusia, Arsitektur Bangunan Khas Eropa
Meski datang pada hari kerja, pengunjung Forbidden City cukup ramai, mulai dari wisatawan lokal hingga mancanegara.
Selain membeli tiket, wisatawan dari luar negeri juga harus melakukan scan paspor dan scan wajah di mesin yang disediakan. Setelah itu ada pengecekan badan oleh petugas. Meski begitu proses untuk masuk Forbidden City ini tidak memakan waktu lama.
Dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644) di bawah kepemimpinan Kaisar Yongle pada tahun 1406, Forbidden City sudah melalui proses revitalisasi oleh pemerintah China setelah tidak lagi difungsikan sebagai tempat tinggal kaisar.
Tempat yang dulunya istana itu dialihfungsikan menjadi Museum Istana (Palace Museum) pada tahun 1925. Kini Forbidden City menjadi objek wisata yang laris bagi para wisatawan.
“Ini (Forbidden City) sudah diperbaiki ya sama Pemerintah China. Dulunya ini cuma kaisar yang boleh masuk sini, sekarang jadi tempat wisata,“ jelas Di Yan.
Baca juga: Peternakan Sapi di China Gunakan Teknologi Perah Pintar, Produksi Susu Hanya Butuh Dua Jam
Didominasi oleh warna merah, bangunan-bangunan di Forbidden City ini memiliki arsitektur khas bangunan China. Dinding pagar dan pintu gerbang masuknya pun memiliki desain bangunan China kuno.
Menariknya disini juga banyak ditemui pengunjung lokal baik pria dan wanita yang memakai baju tradisional China, seperti hanfu. Mereka tampak sengaja memakai pakaian tersebut untuk melakukan photoshoot di lokasi bersejarah di China ini.
Tak heran, di Forbidden City, banyak spot yang bisa dijadikan tempat berfoto. Terlebih area yang sangat luas memungkinkan pengunjung leluasa mengabadikan momen.
Sebagai informasi, istana ini diberi nama Forbidden City atau Kota Terlarang karena para kaisar menganggap diri mereka sebagai Putra Surga, dan melarang orang biasa masuk. Bahkan para bangsawan hingga keluarga kaisar juga memiliki akses terbatas di sana.
Adapun istilah Kota Terlarang merupakan terjemahan bebas dari bahasa China, ‘Zijinchen’, yang artinya Kota Terlarang Ungu.
Baca juga: Survei Indikator: Mayoritas Publik Ingin Indonesia-China Tingkatkan Kerjasama
Ungu dalam budaya Tiongkok dimaknai sebagai warna untuk simbol status tertinggi dan mulia.
Tempat tinggal Kaisar Surgawi, menurut kepercayaan masyarakat setempat, diberi nama ‘Bintang Ziwei’ atau ‘Bintang Terlarang Ungu’. Sehingga istana kaisar disebut dengan ‘Zigong’ yang artinya Istana Ungu.
Hingga akhirnya Istana Ungu diberi nama Zijincheng atau Kota Terlarang Ungu. Namun kini tempat tersebut lebih terkenal dengan nama Kota Terlarang atau Forbidden City dan menjadi salah satu tempat wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Baca juga: 5 Unggahan Medsos Pemain Timnas Indonesia Setelah Kalah dari China, Thom Haye Kobarkan Semangat