Jangan Tertukar! Bedanya Sento dan Onsen di Jepang
Walaupun keduanya memiliki kesamaan, sento dan onsen memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Penulis: Ambar Purwaningrum
TRIBUNNEWS.COM - Budaya mandi Jepang yang telah ada selama berabad-abad memiliki kekhasan tersendiri.
Pemandian di Jepang dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti jumlah mata air panas alami yang melimpah, pengamatan terhadap manfaat kesehatan dari mandi dengan air mineral, serta kepercayaan dari agama Shinto dan Buddha yang menghubungkan mandi dengan pembersihan tubuh dan pikiran serta memperoleh pahala.
Baca juga: Baru Muncul Pertama Saat Festival Katsushika, Tarian asal Indonesia Ini Pukau Masyarakat Jepang
Baca juga: Kecelakaan Lalu Lintas di Kumamoto Jepang Menewaskan WNI Bernama Ichisan Abdul Wakir
Di Jepang modern, mandi air panas sudah menjadi bagian besar dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Jepang pun memiliki berbagai istilah untuk menggambarkan pengalaman mandi, salah satunya adalah sento (mandi umum) dan onsen (mata air panas).
Walaupun keduanya memiliki kesamaan, sento dan onsen memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Jika kamu ingin merasakan budaya mandi khas Jepang, berikut adalah informasi dasar yang perlu kamu ketahui.
Sumber Air yang Berbeda
Jepang sangat ketat dalam urusan onsen, bahkan ada undang-undang yang mengaturnya dalam Undang-Undang Mata Air Panas.
Untuk bisa disebut onsen secara sah, sebuah fasilitas harus menggunakan air yang memiliki suhu minimal 25 derajat Celsius dan mengandung mineral tertentu.
Fasilitas yang menggunakan air mata air panas alami yang memenuhi kondisi tersebut disebut tennen onsen (onsen alami).
Sedangkan jinko onsen (onsen buatan) memenuhi kondisi tersebut secara buatan, misalnya dengan memanaskan air hingga mencapai suhu 25 derajat.
Sementara itu, sento hanya memerlukan air keran yang dipanaskan untuk mengisi bak mandi mereka.
Tujuan yang Berbeda
Sejak periode Heian (794–1185), sento telah berfungsi sebagai tempat mandi bersama sekaligus ruang sosial.
Tradisi ini terus berlanjut setelah Perang Dunia II karena banyak rumah yang tidak memiliki fasilitas mandi pada masa itu.
Namun, seiring dengan semakin banyaknya rumah yang memiliki kamar mandi pribadi, jumlah sento pun menurun.
Meskipun demikian, undang-undang seperti Undang-Undang Rumah Mandi Umum mengakui pentingnya sento untuk kesehatan dan kebersihan masyarakat.
Pengakuan ini memungkinkan banyak sento tetap beroperasi selama lockdown COVID-19 di Jepang.
Sementara itu, onsen lebih ditujukan sebagai tempat rekreasi dan relaksasi.
Biasanya, onsen terletak di luar pusat kota, dan pengunjung datang untuk mandi air mineral, menikmati makanan lezat, dan menginap semalam.
Undang-undang Rumah Mandi
Umum tidak mengatur fasilitas onsen, mengingat onsen sering kali dilengkapi dengan akomodasi dan komposisi air yang khas.
Selain itu, "sento" biasanya merujuk pada fasilitas tertentu, sementara "onsen" dapat merujuk pada satu fasilitas atau seluruh kawasan.
Contohnya, Tamayu di Prefektur Shimane adalah kawasan yang terdiri dari beberapa resor yang masing-masing memiliki fasilitas onsen.
Mereka semua mengambil air dari mata air yang sama dan dikenal dengan nama Tamatsukuri Onsen.
Harga yang Berbeda
Onsen biasanya lebih mahal dibandingkan sento.
Onsen merupakan bisnis pribadi, dan pemiliknya yang menentukan tarif masuk.
Sebaliknya, harga sento diatur oleh pemerintah, mengingat statusnya sebagai kebutuhan umum.
Pada tahun 2020, tarif maksimal untuk dewasa di sento adalah 520 yen, menjadikannya pilihan yang terjangkau untuk mandi sehari-hari.
Peraturan pemerintah ini memastikan aksesibilitas fasilitas mandi umum bagi masyarakat luas.
Namun, ada pengecualian pada aturan ini.
"Super sento", yang dikategorikan sebagai fasilitas rekreasi berdasarkan Undang-Undang Rumah Mandi Umum, tidak tunduk pada pengaturan harga.
Contohnya adalah Spa World di Osaka, sebuah super sento yang menawarkan berbagai bak mandi bertema, kolam renang, dan aktivitas seperti karaoke.
Foot bath (ashiyu) yang biasa ditemukan di area onsen juga merupakan pengecualian.
Biasanya, ashiyu dapat digunakan secara gratis.
Bagaimana dengan Tato?
Pada tahun 2016, Badan Pariwisata Jepang secara resmi mendorong fasilitas mandi untuk menemukan cara agar tamu dengan tato tetap bisa menikmati budaya mandi.
Sejak saat itu, banyak fasilitas yang mengadopsi saran ini, seperti menyediakan patch kedap air untuk tamu yang ingin menutupi tato kecil.
Tujuan dari dorongan ini adalah untuk mengubah persepsi sosial dan penafsiran hukum, bukan untuk mengubah ketentuan hukum tertentu.
Undang-Undang Rumah Mandi Umum tidak secara eksplisit melarang tamu bertato di sento; yang dilarang adalah orang-orang yang bisa menimbulkan risiko kesehatan masyarakat, seperti mereka yang memiliki penyakit menular.
Hukum yang mengatur hotel dan penginapan, yang sering diterapkan pada onsen, memungkinkan penolakan terhadap tamu yang terlibat dalam aktivitas ilegal atau merusak norma publik, namun tidak secara khusus menyebutkan tato.
Tato yang secara tradisional diasosiasikan dengan yakuza (anggota kejahatan terorganisir) di Jepang sering kali dijadikan alasan untuk melarang pengunjung.
Fasilitas, terutama yang bersifat rekreasi seperti onsen dan super sento, seringkali membenarkan keputusan ini dengan melarang siapa pun yang dianggap bisa membuat pengunjung lain merasa tidak nyaman.
Meski begitu, sento sebagai fasilitas umum cenderung lebih longgar dalam hal tato dibandingkan dengan onsen.
Jika kamu memiliki tato dan berencana mengunjungi onsen, sangat penting untuk memeriksa kebijakan khusus fasilitas tersebut sebelumnya.
Beberapa tempat mulai lebih menerima tato, sementara yang lain mungkin masih memberlakukan pembatasan berdasarkan aturan mereka atau pertimbangan budaya.
Ambar/Tribunnews