Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Polri Harus Terus Diteriaki
1 Juli 2011, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) merayakan hari jadinya ke-65. Bagaimana kinerja Polri selama setahun terakhir ini?
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Pertanyaannya kemudian sejauh mana polisi sudah melaksanakan tugas itu?
Tentunya masyarakat berharap melindungi, mengayomi, dan melayani tidak hanya sebatas slogan. Meski masih banyak masyarakat yang belum merasakan tindakan konkrit jajaran Polri dari slogan itu.
Masih ada masyarakat yang mengeluhkan sikap, prilaku, dan kinerja Polri. Bahkan, Transparansi Internasional Indonesia (TII) pernah menyebutkan Polri sebagai lembaga terkorup di negeri ini. Bagaimana pun tudingan itu sebuah pukulan yang harus dihadapi Polri dengan kerja keras untuk memperbaiki diri.
Pembenahan
Jika kita perhatikan, kondisi terakhir Polri memang terus melakukan pembenahan. Dari sudut pembangunan kekuatan misalnya, Polri berupaya melengkapi berbagai infrastruktur, sarana, dan prasarana.
Begitu juga penambahan personil, secara perlahan tapi pasti terus dilakukan. Saat ini jumlah personil Polri mencapai 400.000 orang. Jumlah ini memang belum ideal. Belum sesuai rasio PBB, 1: 500. Perbandingan antara Polri dan Masyarakat saat ini 1 : 1750.
Kondisi ini pastilah membuat berbagai kendala bagi Polri. Kendala itu antara lain, dari sudut pencitraan belum banyak berubah, Polri masih dalam posisi terpojok. Penyelesaian kasus yang dilakukan Polri dari tahun ke tahun nyaris sama. Rata-rata 40-50 persen untuk tindak kriminal dan 10 persen untuk pencurian kendaraan bermotor.
Padahal dari sisi anggaran, sejak 10 tahun terakhir, Polri mengalami kenaikan hampir 1.000 persen, sementara TNI hanya 450 persen. Bahkan tahun 2011 ini Polri mendapat remunerasi.
Pertanyaannya kemudian, apakah Rasio Polri Masyarakat yang tidak memadai merupakan kendala akut? Sementara, proses untuk mencapai rasio ini masih panjang dan lama karena butuh kenaikan anggaran yang luar biasa. Sebab itu, rasio bisa menjadi "bukan sesuatu yang penting", jika Polri benar-benar memainkan fungsinya sebagai pindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.
Dengan konsep Polmas, Polri bisa menjaga situasi kamtibmas dengan dibantu masyarakat. Ini bisa dilakukan, jika masyarakat merasa nyaman berhubungan dengan Polri. Tanpa itu, tentu Polri akan terus menghadapi berbagai kendala keterbatasan dan terjebak dalam ketidak berdayaan, sementara tantangan ke depan kian berat.
Tantangan
Beberapa waktu lalu Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, tantangan Polri ke depan adalah memberantas mafia hukum dan anarkisme. Namun dalam analisa kami di Indonesia Police Watch (IPW), selain kedua tantangan yang disebutkan Kapolri tadi, masih ada dua tantangan berat lainnya. Hal ini akan menjadi tantangan yang harus dihadapi Polri ke depan.
Tantangan itu adalah, tantangan Internal dan eksternal. Internal adalah menyangkut sejauhmana Polri dapat mengubah mindset jajarannya, mulai dari atas hingga ke bawah. Jajaran atas harus mau bersikap realitis dan tidak membebani bawahan. Satu kata dengan perbuatan.
Dalam hal proyek-proyek pengadaan misalnya, jangan lagi berorientasi pada komisi. Jajaran bawah harus di tingkatkan sikap profesionalismenya, meningkatkan latihan, kepekaan dan mengubah sikap, prilaku, dan kinerjanya.