Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Anas Menohok SBY

Anas masih punya perspektif KPK bekerja secara objektif dan independen

Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Anas Menohok SBY
Tribun Jakarta/JEPRIMA
Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Anas Urbaningrum mengadakan jumpa pers pengunduran dirinya dari Ketum PD, di Kantor DPP Demokrat, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2/2013). Pengunduran Anas tersebut menyusul penetapan dirinya sebagai tersangka kasus korupsi proyek Hambalang oleh KPK sehari sebelumnya, Jumat (22/2/2013). 

Oleh Pengamat Politik dari UIN Jakarta Gun Gun Heryanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Ada empat hal menarik dari statement Anas Urbaningrum. Pertama, Anas dari sudut narasi di awal sepertinya ingin menunjukkan ke publik, meskipun sarat dengan muatan politik, ia akan taat pada prosedur hukum. Anas masih punya perspektif KPK bekerja secara objektif dan independen. Itu adalah retorika politik.

Kedua yang mengagetkan saya, Anas langsung menohok figur SBY. Meski tidak ada kata-kata SBY dalam statemennya, kita semua tahu yang dituju Anas itu adalah SBY.
Pernyataan Anas yakni "Saya baru menyadari saya akan jadi tersangka, saat ada permintaan kepada KPK untuk memperjelas kasus saya.

Kemudian ia mempertegas lagi, apa yang terjadi itu semakin sadar akan jadi tersangka saat saya diminta fokus pada masalah hukum," itu adalah tohokan untuk SBY.

Di statemen itu dia flash back 2010 saat kongres di Bandung. Anas menyebut ia adalah anak yang dilahirkan tapi tidak diharapkan. Dan itu adalah pemilihan diksi yang kuat, bukan aspek dramatur tapi verbal agresif. Pemilihan verbal agresif, saya seperti bayi tidak diharapkan. itu mengonfirmasi Anas bahwa ada faksi-faksi di Demokrat benar adanya.

Selama ini faksi-faksi itu selalu dibantah termasuk oleh Anas sendiri lalu Marzuki Alie, Andi Mallarengeng dan SBY juga. Pernyataan tadi secara politis, ekplisit dan implisif ada faksi-faksi di Demokrat sejak 2010

Ketiga, anas memosisikan penetapan dirinya sebagi tersangka sebagai rekayasa politik. Dia bercerita bagaimana Sprindik KPK bocor. Namun Anas menyimpulkan di atas segalanya yakni pertemanan dan persaudaran.

Berita Rekomendasi

Itu ia arahkan kepada orang-orang yang loyalis kepada Anas. Dan meski ia tidak Ketua Umum lagi, persaudaran dan pertemanan adalah di atas segalanya. Anas berhasil mengelola proses kekitaaan bagi pendukungnya.

Yang keempat ini cukup menghentak, bagi siapa pun dan termasuk internal Demokrat. Anas menyebut, penetapan sebagai tersangka bukan akhir segalanya. Dan ini adalah halaman pertama dan akan ada halaman-halaman yang akan dibuka serta dibaca bersama.
Statemen ini menohok ke mereka-mereka yang menginginkan Anas turun.

Anas memberi warning, bahwa permainan baru mulai dan akan ada halaman-halaman berikutnya. Ini adalah psy war atau perang urat syarat secara terbuka kepada SBY dan inner cycle SBY.

Anas saat mengucapkan itu juga dengan jari menunjuk. Itu adalah ekspresi dimulainya fase perang terbuka.Bisa saja dengan frontal atau kasar yakni pengembosan partai, atau dengan cara khas Anas yakni soft strategi. Soft strategi ini yakni Anas akan berusaha menancapkan pengaruhnya melalui orang-orangnya agar tetap bertahan di struktur Demokrat.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas