Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menggenjot Passion Mahasiswa Public Relations
Pada zaman yang penuh persaingan ini, seorang tenaga PR harus didesain sedemikian rupa melalui studi yang serius dan praktik yang tertata.
Editor: Domu D. Ambarita
SUASANA lantai 7 Kampus Universitas Mercu Buana (UMB) di Gedung Tedja Buana, Jalan Raya Menteng, Jakarta Pusat tampak lain dari biasanya. Siang itu, Minggu 15 Desember 2013, sejak pukul 12.00 WIB, puluhan mahasiswa meriungi meja di pintu masuk ruang teater. Mereka menunggu giliran masuk mengikuti seminar Public Relations; Passion and Carier yang digelar mahasiswa UMB yang tergabung dalam The Top Team.
Setelah MC Dedy Sandro memberi pengantar seputar seminar, dua orang pria bertopeng dengan kain batik melilit di pinggang menuju pelataran di depan podium diiringi musik khas dunia perdalangan. Peserta seminar tampak kaget.
Tidak lama kemudian masuk dalang dari lakon berjudul Pentul dan Tembem. Uniknya, ketiga pemeran adalah dosen UMB yang tergabung dalam kelompok teater Buana Mahakarya. Mereka adalah Ananta Hari Noorsasetya, Rommy Budiman dan Razie Razak.
Melalui tokoh Pentul, dosen yang diperankan Ananta, dan mahasiswa kembar Tembem, diperankan Rommy Budiman dan Razie Razak, lakon hendak mengingatkan bahwa seorang SDM yang andal dalam bidang apa pun, termasuk tenaga public relations, tidak muncul dengan sendirinya.
Dikisahkan, pada zaman yang penuh persaingan ini, seorang tenaga PR harus didesain sedemikian rupa melalui studi yang serius dan praktik yang tertata. "Taktaktaktaktaktak..... Public Relations itu adalah hidup kita..... Kita harus hidup dalam Public Relations...... Karena itu kita harus menguasai Public Relations..... Taktaktaktaktak... Gimana mau jadi Public Rrelations andal jika hanya clingak-clinguk kalau ditanya begini," kata Kidalang Ananta kepada kedua mahasiswa Tembem diikuti tawa peserta seminar.
Pesan yang sama dengan lakon tersebut disampaikan oleh ketiga pembicara muda dalam seminar ini. Ketiganya adalah Ricky Setiawan, penulis buku Post Card From Heaven; Bunga Mega, penulis buku Cewequat terbitan Penerbit Buku Kompas; dan Ketua Perhumas Muda Jakarta Sirly W Nasir.
Ricky dalam sesi bertajuk Find Your Own Passion antara lain mengingatkan untuk menjadi apa pun, seseorang harus berusaha serius, menghidupi sesuatu yang ditekuni dan memiliki passion atasnya. Karena kurang memiliki passion, hanya 50 persen lulusan dari perguruan tinggi di Indonesia yang langsung bekerja segera setelah lulus, itu pun hanya 20 persen yang melakukan pekerjaan dengan gembira.
"Maka, nikmatilah masa-masa di kampus dengan melakukan yang terbaik, siapkan diri dengan serius. Jadilah yang terbaik secara ilmu dan praksis," ujar alumni Universitas Parahyangan, Bandung ini.
Menurutnya, jika lulusan perguruan tinggi mumpuni, mereka tidak perlu ikut meramaikan job fair. "Saya malah bilang, kalau memang benar-benar mempersiapkan diri di kampus, maka tidak perlu ke job fair, tetapi dicari oleh perusahaan yang membutuhkan," ujarnya.
Dan untuk itu lanjut Ricky, setiap orang harus berusaha menemukan passion-nya, dan berangkat dari itu mempersiapkan diri secara maksimal. "Harap bedakan passion dari hobi. Hobi adalah sesuatu yang dilakukan dengan senang, sedangkan passion jauh lebih dalam, yakni sesuatu yang benar-benar diminati, yang dilakukan dengan gembira dan serius, dan hasilnya berdampak bagi orang lain. Dan passion is priceless, tak bisa dinilai dengan uang," tambahnya.
Lantas, bagaimana menemukan passion? "Barangkali passion-mu adalah sesuatu yang paling banyak Anda klik di FB. Coba deh cermati," katanya menyarankan.
Sirly dan Bunga mengingatkan penemu utama passion dalam diri seseorang, adalah orang yang bersangkutan. Bunga menunjuk dirinya sendiri. Setelah berhasil menemukan passion-nya, dia memutuskan menjadi seorang entrepreneur, sebagai penulis buku dan pengelola website cewequat.com. Menyangkut keputusannya tersebut, penulis novel Tic Toc Tic Toc ini mengatakan, "Saya senang melakukan apa saja. Tapi kemudian saya rasakan bahwa saya tidak senang bekerja pada orang lain, maka saya putuskan menjadi entrepreneur".
Dosen pengampu mata kuliah Teknik Lobby, Negosiasi dan Diplomasi, yang menugasi kelompok mahasiswa tersebut menggelar seminar, Mohammad Raditya menyampaikan apresiasi kepada The Top Team yang menurutnya menyelenggarakan seminar dengan apik.
"Dalam proses menyiapkan seminar ini, Anda terlatih melakukan lobi, bernegosiasi dan berdiplomasi dengan narasumber, sponsor, dan lain-lain. Ilmu secara teori tidak cukup. Harus didukung dengan praktik semacam ini," ujar Radyth.
Apresiasi Radyth tidak salah alamat. Begitu menariknya tema tersebut, peserta membludak. Panitia menolak puluhan calon peserta yang langsung datang ke meja panitia. Bahkan beberapa hari sebelum hari penyelenggaraan, kata ketua panitia Putri Rahayu, pihaknya sudah menolak banyak calon peserta yang ingin mendaftar.
Selain Radyth, ketua program studi Public Relations Suryaning Hayati, SE, MM menyambut baik inisiatif mahasiswa untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menunjang kemajuan dan perkembangan mahasiswa. "Ini awal yang baik. Saya benar-benar mengapresiasi. Teruslah berkreasi untuk menyiapkan diri dan memiliki passion atas yang telah dipilih, yakni menjadi calon tenaga PR yang andal," kata Aning saat menutup seminar. (Emanuel Dapa Loka, penulis buku Orang-orang Hebat: Dari Mata Kaki ke Mata Hati).