Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Surat Terbuka untuk Putri Amien Rais: Jokowi Bukan Supermen

Belum lama ini saya membaca surat saudari di berbagai media massa. Saya merasa gusar. Untuk itu saya ingin membalas surat saudari

Editor: Sugiyarto
zoom-in Surat Terbuka untuk Putri Amien Rais: Jokowi Bukan Supermen
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Laskar Barisan Jiwa Kotak-kotak Putih (Biji Kopi) pendukung Jokowi-JK dideklarasikan di Jakarta Selatan, Jumat (27/6/2014). Laskar ini merupakan relawan Jakarta Baru pada saat pemilihan gubernur DKI tahun 2012 lalu. TRIBUNNEWS/HERUDIN 
Belum lama ini saya membaca surat saudari di berbagai media massa. Saya merasa gusar. Untuk itu saya ingin membalas surat saudari. Saya, seperti juga saudari, dan seluruh warga Indonesia, adalah anak bangsa yang berhak mendapatkan kehidupan lebih baik. Namun, begitu membaca surat saudari, saya kemudian bertanya-tanya: sebegitukah pesimistis puteri seorang “tokoh reformasi“?

Mengharapkan akan datang supermen yang bisa menyelamatkan Republik ini dari segala kekurangannya dalam waktu sekejap adalah mimpi, kalau bukan utopia.Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang sempurna, bukan? Pak Jokowi bukanlah supermen, saudari Tasniem.

Kita bernegara adalah untuk mewujudkan mimpi kolektif kita sebagai warga negara, sebagai manusia. Presiden hebat bukanlah presiden yang merasa bisa dan mampu memimpin jutaan rakyat Indonesia dengan perasaan jumawa. Presiden hebat bagi saya adalah ia yang mampu mendengarkan apa yang rakyat mau, mencarikan solusi, dan mewujudkannya.

Mungin baru Pak Jokowi seorang wali kota di Indonesia yang begitu terpilih—pada tahun 2005—langsung mengumpulkan puluhan tokoh asal Solo. Para tokoh yang sukses di bidangnya masing-masing itu kemudian diberi kesempatan untuk ngomong apa saja, memberikan pendapat apa saja agar Solo bisa lebih baik. Lalu apa yang terjadi begitu mereka berkumpul? Pak Jokowi mendengarkan!

Maka sebenarnya bukanlah hal mengejutkan jika Pak Jokowi mengajak makan sampai 54 kali ketika hendak memindahkan PKL. Pedagang diajak ngobrol, diajak bermusyawarah, diajak bernegosiasi. Pedagang diberikan ruang agar mereka berbicara tentang ketakutan-ketakutan mereka apabila tempat mencari nafkahnya dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Bukankah ini merupakan wujud realisasi demokrasi musyawarah yang tercantum dalam Pancasila?

Saudari jangan khawatir Pak Jokowi tidak mampu memimpin Indonesia. Bung Karno pernah mengatakan, “beri aku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia!” Dan saya, dengan jutaan pemuda Indonesia—bukan hanya sepuluh—akan dengan suka rela membantunya menyelesaikan persoalan bangsa.

Salam Dua Jari

 

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas